Sup berwarna kelam..

Biasanya memang mertuaku yang memasakkan untuk kami
Maklum, rumah beliau berjarak sangaaaat dekat dengan rumah kami
Selain masakan mama yang memang enak, sebab aku bekerja pun menjadi alasan kenapa aku jaraaaaang banget masak J
Kesibukan mama bertambah ketika aku dan suami membuka warung sate ikan laut
Mamalah yang mengelola
Aku nggak mau bikin mama kecapekan mengurus menuku dan suami
Apalagi aku stay at home sekarang
So, kuputuskan mengambil alih tugas itu
Mulailah aku memasak beberapa hari ini
Apa saja? Heem, telur ceplok, tumis daging, nasi goreng, dll
Tapi sssttt, katanya masakanku enak
Bahkan mama bilang aku bakalan jadi jago masak kelak
Syukurlah..hehehe
Tapi, dua hari lalu aku memasak dan gagal total
Gara-garanya adalah aku nggak bisa bedain merica dan ketumbar hahahaha
Hari itu aku pengen banget makan sop dan sangat yakin supku akan seenak mama
Kuulek bumbu-bumbunya : Bawang merah, bawang putih, royko, dan merica
Setelah dagingnya masak, sayurnya mulai empuk, kugoreng bumbu..huuuum, wangiiiiii!
Lalu byur, aku mencampurkan bumbunya ke dalam air yang mendidih di antara si daging dan sayur
Looooh kok, sopku berubah warna jadi gelap...
Kucoba..puuuuiiiih, rasanya luar biasa nggak enak L
Langsung ilang feeling deh untuk menyantapnya
Ketika suamiku pulang kuminta dia mencoba
”Neng, pake apa?”
Aku langsung mengeluarkan bumbu dari dalam kulkas
”Memangnya sop pake ketumbar?” Tanyanya
”Enggak, tapi pake merica..”
”Ini bukan merica ..ini ketumbar..”
Lalu dia memberitahukanku perbedaan merica dan ketumbar
Hiks....
Akhirnya sop gagal itu kukirimkan ke mama dengan keyakinan mama pasti bisa mendaurulangnya..hehehe
Yah sudah, sesampai di sana aku cuman mesem-mesem aja..
Suamiku bilang, ”Nggak apa-apa, ntar juga tambah pinter masak..”
I Luv u, ayah..
Sssttt, dede kok nggak ngasih tau bundanya ya padahal kita kan masak barengan ;)

Bandung, 29 Desember 2007

Mencari inspirasi…

Kemarin suamiku ulang tahun yang ke-27 (selamat ya ayah? :)
Dan kemarin juga aku mengalami kebuntuan menulis..yang ini jelas bikin BT
Padahal begitu banyak naskah yang harus aku kejar
Well, akhirnya aku menyarankan kepada suamiku untuk “nongkrong!” hehehe
“Yah…gimana kalau kita nongkrong di Starbuck..” ajakku
Yup, kebiasaan ini kerapkali kulakukan ketika masih lajang
Suamiku mendehem
“Kenapa?’
“Jujur saja, aku bosan dan kehilangan inspirasi untuk menyelesaikan naskah”
Thanks God…suamiku setuju!
Jadinya tidak ke nongkrong di Starbuck tapi selepas membeli dua buku di palasari
Aku dan ayahnya dede (hehe..) duduk manis di Warung Steak dekat lokasi
Selang beberapa menit keluarlah tumpukan pekerjaan yang siap diselesaikan. Suamiku…?..dengan menggunakan kacamata yang membuatnya tampak tampan..ciee..
Langsung sigap membantu…
Kami memesan minum dulu..dan langsung focus dengan pekerjaan diselingi candaan
Seruuuuu! Dan yang paling ajaib pekerjaan itu selesai dalam waktu yang singkat
Yes, gairahku untuk menulis kembali membludak..
Well, bagaimanapun juga kebiasaan bekerja kantoran sudah kugeluti bertahun-tahun
Kini, totally aku menulis…
Ada kebosanan menerpa dan aku harus berusaha mencari solusi jika kebosanan datang
Seperti biasa, nongkrong memang kerapkali mencerahkan otak di kepala
Dan kini, suamiku adalah teman nongkrong yang asyik buatku
Tentu saja bukan hanya dia, bukankah dede kecil pun selalu ikut serta? :)
Untuk merayakan ulangtahunnya suamiku pun mentraktir aku dan dede makan steak..uuukh sayang dari rumah sudah makan banyak jadi steak yang ku pesan nggak berukuran jumbo… well,well,well…

Bandung, 26 Desember 2007

We Are Team!!

Ada tim yang juga penting dalam sebuah penerbitan, yaitu….
Tim kompak antara penulis dan Editor
Itu yang sedang kucoba ciptakan antara aku, sebagai penulis lepas dan editor di penerbitan tempatku menulis
Kenapa sih harus seperti itu?
Banyak juga penulis yang ‘keukeuh’ dengan apa yang diyakininya benar
Dan editor yang semau gue sama penulis
Tapi menciptakan satu tim yang kompak jauh lebih berarti
Seperti misalnya hari ini, aku dengan mas Burhan, editor penerbit Arafah Solo
Editor smart itu memahami ketika aku ‘tumpul’ sebelum menyelesaikan 100 halaman buku
Dan membantuku untuk tetap melihat ketumpulan ini sebagai hal yang biasa
Ya, gimana enggak, jika aku memaksakan diri menulis maka buku itu akan jadi berantakan
Sedangkan jika kuendapkan dulu butuh waktu lagi
Makanya, 70 halaman itu kuemailkan dan kupersilahkan beliau membacanya
Dari sanalah, ide baru akan muncul untuk menyempurnakan
Menerima kritik saran serta masukan dari editor penting hukumnya
Kelak aku akan tahu bahwa ada sisi yang harus ditambah dan sisi yang harus dibuang
Hasilnya? Semoga akan tercipta buku yang memuaskan bukan saja bagi pembaca kelak
Tapi juga bagi aku sebagai penulis dan editor sebagai koki di dapur penerbitan
Semoga…
Yes, mas Burhan, We Are Team!! huyeeee....

Sweet Home, 18 Desember 2007

Stay at Home and Writing With My Baby..:)

Beberapa keluhan masa kehamilan cukup mengganggu aktivitas kerja
Selain itu beberapa pesanan pesnerbit yang belum kurampung sesaat sebelum deadline akhirnya membuatku memutuskan untuk berhenti bekerja
Tiga hari berlalu
Dan tiga hari ini aku mulai stay di rumah
Just writing!
Fokus ternyata memang mengasyikan
Jadwal menulis yang fleksibel dengan kewajibanku sebagai calon ibu dan istri membuatku sangat menyukai keadaan ini
Bangun tidur, selepas sholat, membersihkan rumah, mandi, kemudianmenyiapkan sarapan untuk suami suatu pekerjaan yang asyik
Setelah suami pergi bekerja maka aktifitas menulis kulanjutkan hingga menjelang siang
Lantas menyiapkan makan siang untuk suamiku, sebab si beliau memang biasa pulang ke rumah untuk makan siang
Makan siang bersama suami, mencuci piring, sekadar bebenah lalu shalat bersama
Suami kembali ke kantor, aku pun kembali menulis
Sore menjelang magrib suami pulang, menemani beliau makan
Lalu kembali menulis beberapa jam
Menjelang tidur, aku bercanda dulu dengan suamiku, tentu saja dengan si dede kecil juga :)
Fokus membuatku seolah berlari dalam menumpahkan ide di kepala
Hasilnya?
Dua hari menghasilkan satu buku…wow!
Aku bahkan terkesiap dengan Quantum itu
Tapi yang jelas, ini sangat menyemangatiku
FOCUS IS GOOD FOR YOU TOO!!

Sweet Home, 14 Desember 2007

Mari mulai berINVESTASI IDE

Menjelang tahun 2008, para pelaku industri penerbitan buku mulai mengintip berbagai peluang dan potensi bisnis yang bisa dikembangkan. Sudah berlangsung lama sebelumnya penerbit beranak pinak dalam mengembangkan lini produk. Tempo lalu, konsep beranak pinak ini dipelopori oleh penerbit Gramedia yang kini memiliki sejumlah penerbit baru masing-masing cirri khas buku seperti Elex Komputindo dengan buku-buku komputernya, Grasindo dengan buku-buku sekolah,serta beberapa anak perusahaan lainnya. Mizan yang awalnya memiliki satu penerbit yang awalnya mengkhususkan diri dengan buku-buku Islam akademis dan pemikiran, sekarang sudah beranak pinak dengan penerbit dengan nama baru, seperti Qanita, Hikmah, DAR!, dan Teraju. Jika penerbit sudah melakukan hal tersebut, lantas kenapa penulis tidak melakukannya juga?
Apa yang dilakukan penulis untuk dapat tumbuh berkembang sejalan dengan pertumbuhan penerbitan. Salah satu cara paling sederhana adalah dengan mulai menginvestasi ide yang ada di kepala. Taruhlah Anda saat ini adalah penulis yang mengkhususkan diri menulis novel-novel remaja, tapi Anda memiliki ide untuk mulai menulis buku-buku remaja lainnya, misalnya teens guide, psiko pop, self help, atau tema lain yang notabene Anda memiliki ketertarikan ke arah sana dan punya segudang ide yang siap tumpah. Kenapa tidak Anda lakukan dari sekarang?

Inventarisir Ide
Otak memiliki kapasitas yang terbatas untuk merekam ingatan manusia, itu sebabnya adalah satu pilihan bijak jika Anda mulai menuliskan ide-ide dalam sebuah catatan yang dapat Anda lihat setiap saat kalau perlu Anda tambah setiap hari
Tuliskan ide Anda berdasarkan tema buku, misalnya seperti contoh di bawah ini :

Pengetahuan Umum, Sains, & Teknologi
1 Remaja melek teknologi
2 Nge-net yuk!
3 Menengok kerajaan semut

Terapan
1 Biar Hobby Jadi Duit
2 Kaya dengan menulis
3 Sukses jualan di sekolah

Moral & Budi Pekerti
1 Say “YES”
2 Say “No”
3 Terindah Untuk Ibuku

Pergaulan
1 Cinta abadi sampai mati
2 The hand book of love
3 Ketika dia mengajak merit?

Girl only
1 Kenapa Harus Diet?
2 Cantik Kan Nggak Harus Putih!
3 Cantik Kan Nggak Harus Langsing!

Manajemen & Psiko Pop
1 Making friend
2 Manajemen belajar siswa
3 Badai pasti berlalu – jangan bersedih

Lakukan benchmark buku
Tak ada salahnya Anda mulai memposisikan diri Anda sebagai pembaca sekaligus orang yang tergabung dalam industri penerbitan untuk mencari benang merah atas buku-buku yang populer saat ini dan secara tidak langsung akan menambah wawasan Anda dalam membuat karya buku yang berkualitas. Misalnya setelah hadir Habiburahman El Shirazy dengan buku best Seller ayat-ayat cintanya, muncul novel-novel sejenis yang tak kalah populernya dengan tema yang sama. Lalu, kenapa Anda tidak mencoba menambah inventarisir ide Anda melalui cara seperti ini?

Lakukan penawaran Ide
Penulis harus pula tampil untuk mempromosikan sejumlah ide yang sudah diinventarisir dengan baik dan rapih. Lakukan penawaran baik melalui lisan mau pun tulisan kepada penerbit-penerbit. Bukan tidak mungkin bahwa dengan pola seperti ini pun Anda akan mendapatkan ide baru berdasarkan masukan dari penerbit yang Anda tawarkan. Semakin kayalah Anda dengan ide Anda, dan bukan tidak mungkin Anda pun semakin produktif dengan order dari penerbit atas ide-ide Anda.

Ide Anda adalah Investasi tak ternilai
Satu-satunya harta yang tak akan pernah bisa dicuri adalah ide di kepala Anda. Anda adalah pemilik pikiran dan otak Anda, Anda bebas menggunakannya ke arah yang mana. Ketika Anda sudah menginventarisir ide maka sudah dipastikan ide Anda adalah investasi yang tak ternilai harganya. Semakin banyak ide yang muncul semakin besar investasi Anda.

Konsistensi antara ide dan wujud nyata dari ide
Ide Anda bukan sekedar ide, ada baiknya ide Anda muncul karena Anda yakin dapat menerjemahkan ide Anda dengan baik serta mengcreate buku yang sama okenya dengan ide yang Anda buat. Jika memang ide itu ide menarik namun Anda tidak yakin dapat membuatnya setidaknya Anda memiliki alternatif jika penerbit memilih ide tersebut.

Nah, selamat berinvestasi ide di tahun 2008!

BEING BOOKTREPRENEUR!

Tentu telinga Anda tidak asing lagi dengan istilah ENTREPRENEUR yang saat ini sedang banyak dibahas dan jadi topik di mana-mana. Kata “Entrepreneur” sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang diambil sebagai kata serapan kedalam bahasa Inggris. Kata ini pada bahasa Indonesia adalah wirausaha. Wirausaha sendiri menurut kamus bahasa Indonesia merupakan wiraswasta yang artinya adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Dalam arti lain menurut hemat saya wiraswasta atau wirausaha adalah seseorang yang mengatur dan mengendalikan sebuah bisnis yang dibangun dirinya sendiri. Lantas, menurut Anda apa arti dari Booktrepreneur? Well, kata itu baru saja saya dapatkan dari email sahabat dua hari yang lalu, Jujur saja, saya baru tahu kata unik itu, entah saya kurang bergaul atau istilah itu sengaja dibuat untuk menggabungkan antara sense of writing dan sense of business. Saya sendiri mengira-ngira arti sebenarnya dari Booktrepreneur ini, barangkali jika tidak keberatan saya mengartikannya sebagai berikut Booktrepreneur merupakan orang yang secara mandiri membuat bisnis yang produknya adalah buku karyanya sendiri, dalam arti lain seorang penulis buku yang sekaligus mempromosikan dan memasarkan karyanya.
Kenyataannya sekarang adalah tidak banyak penulis yang mampu menangkap peluang-peluang emas di sekitarnya, tentu modal menjadi Booktrepreneur sangat berpengaruh, jika penulis hanya memiliki sense of writing tapi tidak memiliki sense of business maka yang terjadi adalah penulis akan tertinggal dan tergilas oleh hiruk pikuk di dunia perbukuan yang semakin menggeliat hebat. Pertumbuhan penerbitan bahkan tidak ditunjang oleh pertumbuhan penulis yang ‘qualified’ padahal pertumbuhan penulis pun sesungguhnya cukup menggembirakan pada saat ini, terbukti dengan semakin menjamurnya komunitas baca tulis, ramainya milis penulisan, serta semakin banyaknya produk buku dengan beragam style penulis. Hanya saja, kerapkali ketika penulis sudah menelurkan satu buku, kebanggaan itu tidak ditopang dengan kemampuan untuk mengikuti pergerakan pasar buku, akhirnya mereka hanya menulis satu buku dan hilang tanpa nama.
Hingga saat ini bagi saya, menulis adalah satu kegiatan dari keseharian saya, menulis menjadi denyut nadi saya.walaupun dari sejumlah karya saya belum ada yang bombastis dan best seller tapi saya cukup terpuaskan dengan beragam ilmu yang saya dapatkan sepanjang kegiatan menulis yang dilakukan.
Ya, menjadi penulis yang baik tidak dapat terjadi dengan instant, kita butuh proses yang cukup panjang dan berliku. Keluar masuk penerbitan karena naskah ditolak, mengejar penulis yang diidolakan demi menimba ilmu, mengikuti beragam kegiatan penulisan yang kadang cukup melelahkan, belum lagi kalau karya kita dilecehkan karena dianggap kurang bagus. Jika penulis tidak memiliki jiwa ‘entrepreneur’ dapat dipastikan akan membuat down dan berhenti berkarya.
Jujur, saya mendukung sekali dengan adanya bahasa Booktrepreneur sebab memang menulis bukan hanya melahirkan kepuasan psikologis namun sudah tak perlu ditanyakan lagi kalau menulis sesungguhnya bisa dijadikan profesi masa depan. Ribuan kesempatan menjanjikan bagi para penulis yang mampu memadukan antara hobi menulis dan bisnis. Being Booktrepreneur!
Booktrepreneur akhirnya bukan hanya mengandalkan keahliannya dalam menulis, menurut saya, Booktrepreneur harus memadukannya dengan beberapa prinsip marketing dan promosi. Saya hanya sekedar menyumbang sedikit saran bagi mereka yang ingin menjadikan bakat menulisnya menjadi sebuah usaha yang menjanjikan

Membangun Networking
Kita banyak mendengar kisah sukses para pengusaha bukan dengan modal financial yang melimpah, banyak diantaranya justru memulai usaha dengan modal yang minim atau pas‑pasan bahkan tanpa modal sekalipun, istilah kerennya modal dengkul, tetapi semangat mereka untuk membangun bisnis dilakukan dengan ulet, kreatif, tekun, dan berupaya untuk terus meningkatkan Networking secara luas sehingga akhirnya mereka berhasil membangun usaha dengan sukses dan sangat menggembirakan.

Miliki Multitasking Skill
Dunia perbukuan begitu kompleks dan dinamis, trend buku terus berubah. Seorang Booktrepreneur harus memiliki kemampuan yang Multitasking artinya penulis yang bisa melakukan semuanya, tidak sekedar meng-konsep ide menjadi tulisan namun juga mengedit, mempromosikan dan memasarkan tulisannya.
Ada istilah yang bagus dalam hal ini “You cannot buy the skill to be great”. Anda mungkin bisa meminjam uang, mengkredit perlengkapan kantor, membangun kantor, namun keahlian Anda dalam menjalankan bisnis ini tidak bisa meminjam atau membeli dari orang lain. Itu sebabnya seorang wirausaha produk apapun, dan seorang Booktrepreneur harus memiliki keahlian dalam bidang ini. Barangkali Anda tidak perlu menjadi benar-benar ahli untuk memulai menjadi Booktrepreneur tapi Anda terus meng up grade skill Anda untuk lebih baik dan terus lebih baik

Lakukan Continues learning
Di era kebangkitan perbukuan seperti sekarang ini. Benchmark lapangan yang berkaitan dengan perkembangan jenis atau tema buku adalah hal yang mutlak selain daripada itu penulis selayaknya mengikuti aktifitas/kegiatan yang dapat terus mengembangkan keahlian dan wawasan menulisnya. Ya, Pembelajaran penulis tidak boleh berakhir. Hal ini agar seorang Booktrepreneur dapat melahirkan produk yang inovatif dan kaya akan ide segar. Bukan sekedar menulis tapi memberikan sesuatu yang berbeda pada setiap karya yang ditelurkan.

Melakukan Public Relation
Penulis selayaknya aktif mempromosikan dirinya, keseluruhan potensi yang dimiliki. Kenapa? Sebab semakin aktif promosi dilakukan akan semakin besar peluang yang akan didapatkan. Penulis yang melakukan PR atas karya yang dihasilkannya akan membantu bahkan disukai penerbit sebab dalam hal ini penerbit pun membutuhkan pola promosi yang sinergis dengan penulis untuk memasarkan buku yang diterbitkan dan sudah barang tentu penerbit akan memberikan ‘order’ penulisan yang menggembirakan bagi penulis. Melakukan PR bagi penulis sesungguhnya bukan perkara sulit banyak media yang kini dapat mendukung kegiatan tersebut misalnya dengan aktif berpromosi di milis perbukuan, membuat situs pribadi yang bisa diakses banyak pihak, serta secara aktif berkomunikasi dengan para pelaksana industri perbukuan untuk mempromosikan ide segar Anda yang Anda yakini layak untuk diterbitkan.

Riset pada dunia perbukuan
Apapun bentuk bisnis yang dilakukan, riset adalah sesuatu yang penting untuk bisa mengintip berbagai peluang dan potensi bisnis yang dilakukan. Booktrepreneur adalah bagian dari industri perbukuan. Itulah sebabnya harus pula setali tiga uang dengan penerbitan, untuk bisa melihat indikasi ke depan mengenai trend yang akan berkembang. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui seluk beluk industri perbukuan adalah adanya Perkawinan antara Editor dan Penulis. Sinergi antara Editor dan Penulis bisa melahirkan buku-buku yang menarik. Keduanya saling terkait satu sama lain, jika tak ingin disebut ‘perkawinan’ maka hubungan yang harus dikembangkan antara penulis dan editor adalah hubungan “semi pribadi”.

Mempertahankan hubungan baik
Setelah Anda mampu melakukan secara keseluruhan poin di atas maka hal terakhir yang harus dilakukan adalah mempertahankan hubungan baik. Jika Anda memliki kemampuan berbisnis yang handal, punya kemampuan membuat karya yang sempurna, punya kemampuan memasarkan produk yang jitu namun Anda tidak memiliki kemampuan membina jaringan yang kokoh maka Anda akan sulit untuk mengembangkan diri Anda.

Akhir kata bahwa menjadi menjadi seorang Booktrepreneur ternyata tak bisa dilepaskan begitu saja dari sense marketing J. Selamat mendalami kegiatan menulis dan memasarkannya.

MENJADI WRITERREP EFEKTIF

Dalam tren Marketing, pemasaran yang kelak akan popular menurut Bapak Pemasaran Dunia, Philip Kotler, bukan lagi make-and-sell namun akan berubah menjadi sense-and-respond.Konsep pemasaran bagi penulis sebaiknya mulai mengerucut ke arah sana. Bagaimana tidak? Proses tradisional yang dilakukan penulis biasanya membuat naskah dan mengirimkannya kepada penerbit, menunggu kabar diterima atau tidak. Pola mencermati pasar serta komunikasi aktif dengan dapur perusahaan penerbitan akan membuat penulis semakin jeli dalam menghasilkan karya yang bagus dan mudah diserap pasar.
Semua perusahaan penerbitan kini berkompetisi dengan gesit, mereka berlomba mengeluarkan produk terbaik bagi pasar. Dalam hal ini beberapa startegi penerbit adalah dengan mngembil copy write buku-buku best seller luar negeri, menggunakan penulis yang sudah punya nama, mengupas tuntas orang-orang ternama, atau menggunakan selebritis yang naik daun untuk membuat buku. Lantas dimana kita sekarang? Bagaimana nasib baik akan menghampiri penulis seperti kita jika penerbit menggunakan strategi tersebut, bagaimana penulis bisa berkompetisi untuk mendapatkan perhatian lebih di dunia penerbitan?
Kekuatan penulis yang pertama tentu saja adalah memberikan seperangkat keterampilan menulis dan kelebihan pada karya yang dihasilkan. Kedua, mendobrak batasan penawaran naskah secara tradisional sekaligus menciptakan hasil yang mengagumkan dalam mempromosikan diri dan karya Anda.
Ketika anda melakukan breakthrough dalam kegiatan menulis Anda maka Anda akan berjalan ke sebuah prestasi dan keberhasilan dalam mengemas profesi Anda.

Anda adalah penjual bagi karya Anda
Selama lebih enam tahun saya berkecimpung di bidang penjualan dengan beberapa produk yang dijual. Namun produk apapun yang dijual salah satu syarat seorang penjual adalah mereka mampu mengatasi kendala apa pun yang merintangi untuk menghasilkan bisnis. Kini produk yang Anda jual adalah karya yang notabene adalah tulisan Anda , tentu seperti halnya produk yang lain, Anda mengalami berbagai kesulitan memasarkannya. Tekanan untuk memperoleh bisnis tidak bisa mengalahkan tekanan untuk menjaga konsistensi Anda berkarya.

Karya Anda kini menjadi bisnis Anda
Pertanyaan serupa sering menghampiri, “apakah menulis bisa dijadikan profesi?” mengapa tidak? Banyak peluang emas di dunia perbukuan, dan satu-satunya cara untuk mempertahankan eksistensi profesi Anda di dunia perbukuan adalah Anda dapat memadukan antara konsep idealis Anda dengan kebutuhan pasar. Temukan jawaban sinergi antara kebutuhan Anda, kebutuhan industri penerbitan dan kebutuhan masyarakat. Dengan memahami ketiganya dengan baik maka Anda mulai menerapkan sense-and-respond dalam karya Anda sehingga produk yang Anda hasilkan sudah tidak diragukan lagi kemampuannya untuk diserap pasar.

Profesi menulis memerlukan peninjauan ulang secara terus menerus dan menyeluruh
Jika Anda berminat menjadi seorang penulis sekaligus pemasar karya Anda, maka lepaskanlah model tradisional manajemen naskah yang sudah terlalu membatasi dan tidak memadai lagi bagi dunia penerbitan dewasa ini. Suatu ketika saya menelpon sebuah penerbit untuk mencari tahu mengenai kebutuhan mereka akan naskah serta mengajukan diri sebagai penulis yang akan mengcreate produk yang dibutuhkan. Saya dijegal (anggap saja demikian) oleh seorang sekretaris yang sepertinya begitu yakin dengan pola tradisional dalam perusahaannya yaitu kirim naskah ke penerbit baru diputuskan diterima atau tidak. Beberapa kali saya menyampaikan bahwa saya penulis yang berbeda dengan konsep itu, dia tetap tidak bergeming. Saya sempat hampir pamit untuk menutup nelpon hingga sekretaris tersebut berusaha menyakinkan saya dengan menghubungkan saya dengan manager penerbitan. Ternyata? Sang manager malah sedang mencari penulis dengan konsep seperti itu. Saya terkekeh dibuatnya.
Komunikasi dalam memasarkan profesi Anda sama pentingnya seperti Anda meninjau ulang profesi Anda secara terus menerus dan menyeluruh. Sudah semakin baikkah gaya penulisan Anda dan pola promosi Anda? Sebab Anda tidak hanya dihadapkan pada satu tema menulis tapi beragam tema sesuai dengan kebutuhan klien Anda.

Buku Anda best Seller atau Anda Produktif menulis?
Dalam sebuah bincang riang dengan sahabat-sahabat sesama penulis di sebuah pameran buku, pertanyaan yang dilontarkan oleh audience adalah sebagai berikut “Bagaimana supaya kita bisa menghasilkan buku yang Best Seller?” sahabat saya, Donny, penulis novel 5cm bahkan tidak pernah menyangka bahwa novelnya kini sudah memasuki cetakan ke sepuluh, editornya pun demikian. Tugas penulis dan editor adalah berusaha menciptakan buku yang baik, layak, dan menarik. Persoalan buku itu akan menjadi best seller atau tidak disamping kemampuan promosi penerbit juga hal itu sangat unpredictable. Perbandingan buku biasa dengan best seller mungkin 10 : 1 dari sepuluh yang best seller dianggap 1 saja di sebuah penerbitan itu sudah cukup baik. Namun persoalan tidak selesai di sana, untuk menjadikan menulis bermetamorphose menjadi profesi pilihannya dari dalam diri Anda sendiri, apakah anda akan menunggu satu karya Anda menjadi best seller atau Anda tetap produktif menulis. Bagi saya pribadi, persoalan buku saya menjadi best seller atau tidak bukanlah prioritas, namun konsistensi saya untuk produktif menulis itulah yang saya jaga dari dulu hingga saat ini. Sejalan dengan konsistensi Anda menulis Anda akan menemukan kenikmatan dalam menjalankan profesi menulis, ini bukan sekedar kepuasan psikologis namun juga pendapatan serta skill Anda yang terus meningkat tajam.

Akhirnya kesimpulan saya mengerucut pada tiga syarat bagi satu proses memasarkan profesi menulis yang berhasil adalah :
Penulis harus menemukan keperluan dari industri penerbitan dan mencoba memenuhi kebutuhan tersebut
Penerbit mempercayai kemampuan penulis bahwa keberhasilan satu buku bukan karena siapa yang menulis namun apa yang terkandung dalam buku tesebut
Penulis dan penerbit melibatkan masyarakat dalam memberikan masukan dan kebutuhannya akan tema buku sehingga menghasilkan presentase prioritas penggarapan buku dan bagaimana mengcreate buku yang akan diterbitkan

Nah, selamat menjadi Writerrep yang efektif!

METAMORPOS SEORANG PENULIS

Metamorpos atau dalam kamus bahasa Indonesia, Metamorphose artinya perubahan bentuk. Jadi arti dari Metamorpos seorang penulis adalah perubahan bentuk yang dialami oleh penulis.
Kenapa saya mengambil tema ini, sebab banyak pertanyaan pertanyaan mendasar yang diajukan oleh penulis pemula, calon penulis, atau orang yang ingin mengetahui dunia penulisan secara berulang. Pertanyaan itu mencakup :
“Bagaimana memulai menulis?”
“Bagaimana jika kita mengalami kebuntuan dan hilangnya mood dalam menulis?”
“Bagaimana memasukkan naskah ke penerbit?”
“Kenapa naskah saya selalu ditolak”
Pertanyaan pertanyaan tersebut selalu ada dalam berbagai sesi kepenulisan baik dalam bentuk talkshow, pelatihan, atau sekedar bincang-bincang riang.
Kenapa pertanyaan itu muncul berulang, mungkin pada orang yang sama namun pada nara sumber (penulis) yang berbeda. Sebab, kemungkinan besar mereka melihat keberhasilan para penulis tanpa melihat proses ‘metamorpos’ mereka.
Seperti juga penulis pemula dan calon penulis, penulis sekelas Pramoedya Ananta Toer mengawali perjuangan untuk menunjukkan eksistensinya di dunia penerbitan, Habiburahman El Shirazy dengan buku best sellernya “Ayat-ayat Cinta” bahkan kini sudah difilmkan, Helvy Tiana Rosa yang disebut sebagai salah satu pelopor Genre penulisan kontemporer di Indonesia oleh Republika dan The Straits Times ketika memulai menulis cerpen hampir semuanya dikembalikan. Para penulis besar tidak menjadi besar secara instant mereka melalui berbagai penolakan namun yang membedakan mereka dengan kita adalah nilai dan keyakinan mereka dalam melalui segala hambatan.
Ketika Memulai Menulis
Memulai menulis pada awalnya bukan persoalan gampang memang, kita seringkali bertanya dalam hati , “Bagaimana menumpahkan isi kepala dengan sempurna, bagaimana?”kita mendapati awal tulisan kita sungguh norak, ngaco, dan kurang oke. Tapi begitulah kira di awal menulis. Hanya memang untuk memulai menulis salah satu syaratnya adalah jangan berpikir ideal akan tulisan yang kita buat atau langsung berharap langsung bisa merunut seperti tulisan Asma Nadia. Awalilah dengan pikiran Anda yang positif bahwa Anda mampu menulis dengan baik dan ide yang ada di kepala Anda adalah ide yang menarik untuk dibaca.
Ketika Anda mengalami kebuntuan dan hilang mood dalam menulis
Semua penulis mengalami masa ini, buntu, macet dan kehilangan mood untuk menulis atau meneruskan tulisan. Lantas apa yang dilakukan?Banyak jalan untuk menyiasati urusan ini dan tentu saja setiap penulis berbeda. Anjar, penulis novel “beraja biarkan ku mencinta” mengatakan bahwa dia akan mengendapkan saja dulu tulisan yang mentok dan berganti dengan menulis tema yang lain. Saya sendiri mengatasi kebuntuan dengan mengalihkan pada kegiatan membaca, menonton, dan mengobrol sehingga sangat memungkinkan ide bermunculan dengan melakukan tiga kegiatan tersebut. Lantas bagaimana jika hilang mood sama sekali? Ketika Anda mencintai apa yang Anda tulis, ia akan mengalir seperti air yang tak putus lantas dia akan mengalir hingga selesainya tulisan Anda.
Ketika Anda kebingungan memasukkan naskah ke penerbit
Jangan salah, ini bukan saja masalah Anda. Semua penulis mengawali karir menulisnya pada persoalan ini. Untungnya, pada saat ini kita diuntungkan dengan menjamurnya penerbitan. Dunia perbukuan bangkit secara signifikan dan siapa yang diuntungkan? Tentu saja Anda, calon penulis dan para penulis. Kenapa harus bingung? Ada beberapa tips memasukkan naskah ke penerbit yaitu
Sebanyak mungkin Anda melakukan benchmark pada buku-buku yang diterbitkan oleh perusahaan penerbitan, kenali visi dan misi mereka serta style penulisan atau selingkung penerbit
Jangan lupa mendata atau me-list penerbit (alamat, kontak, jenis produk, contoh judul produk yang dihasilkan)
Lihat naskah Anda, kira-kira penerbit mana yang paling sesuai dengan cirri khas naskah yang Anda miliki
Jangan ragu untuk mengirimkannya
Jangan menunggu, lakukan komunikasi aktif dengan penerbit yang kita bidik, jika perlu berdiskusilah dengan editor penerbitan mengenai naskah Anda hingga Anda semakin memahami mengenai kurang lebihnya naskah Anda serta mendapatkan jawaban pasti kelanjutan naskah Anda, apakah ditolak, diterima atau diterima namun harus direvisi.

Ketika naskah Anda selalu ditolak
Kecewa karena mengalami penolakan yang berulang pasti tak dapat dihindari tapi salah satu syarat penulis adalah PANTANG MENYERAH. Setelah Anda mengikuti tips di atas dan mengulangi terus hal sama maka Anda bukan saja menjadi semakin memahami dunia penerbitan atau dalam hal ini industri penerbitan namun Anda akan semakin baik dalam menulis. Bukankah Anda sudah mengetahui letak kelebihan dan kekurangan tulisan Anda langsung dari seorang editor? Inilah salah satu panduan supaya Anda semakin baik dalam menulis. Ditolak bukan masalah bagi Anda karena kelak di akhir perjuangan Anda, tulisan Anda sudah bermetamorphose lebih menakjubkan.

Pentingnya Kolaborasi antara Idealisme dan industri
Penting bagi penulis untuk memadukan antara kebutuhan akan idealisme dengan pangsa pasar atau kebutuhan industri dimana salah satu tujuan industri adalah mendapatkan keuntungan. Banyak editor mengeluhkan kesulitan berkomunikasi dengan penulis yang sangat idealis dengan karyanya, seolah tulisannya sudah tak bisa diutak-atik, padahal mereka bukan hanya berbicara mengenai naskah yang bagus namun juga produk yang mampu diserap pasar. Idealisme itu penting namun jika secara market sulit untuk menembus pasar ini akan jadi pertimbangan berat bagi penerbit untuk diterbitkan, walau juga kepentingan komersial tanpa idealisme akan menghasilkan karya ecek-ecek yang minim manfaat. Lantas bagaimana memadukan keduanya? Ini akan sejalan dengan kemampuan Anda berpikir dan mengenali dunia penerbitan.Secepat apa Anda belajar tentang karya-karya Anda dan tulisan yang Anda hasilkan.

Pada akhirnya, Anda kini mengetahui bahwa semua penulis yang memang memiliki nilai dan keyakinan akan bisang ini bermetamorphose from zero to hero, creating from Nothing to Something, dari mengejar penerbit kini dikejar penerbit, Anda mau menjadi salah satunya? Silahkan memulainya dari sekarang!

LOYALITAS SEORANG PENULIS

Dalam berbagai ulasan tema kepenulisan atau pelatihan penulisan, Penulis dipandu untuk konsisten membentuk skill menulis melalui latihan-latihan yang tidak kenal lelah. Jangan behenti! Jangan Putus Asa! Terus Menulis! Dan ajakan motivasi lain yang diyakini dapat membangkitkan semangat penulis untuk berjuang menuju profesionalisme menulis.
Namun, kerapkali semangat tidak berbanding seimbang dengan hambatan yang dialami seorang penulis, seperti misalnya beberapa penolakan akhirnya menjadi jalan terakhir menghapus cita-cita ke arah profesi menulis. Padahal apa pun profesi yang ingin ditekuni konsistensi dan loyalitas pada profesi adalah syarat mutlak untuk maju.
Beberapa syarat lain yang mendukung Anda dalam profesi ini adalah
Anda suka membaca
Anda tentu saja suka menulis (walau belum bisa menulis)
Anda orang dinamis dan fleksible
Anda mampu memanajemeni mood Anda
Anda pantang menyerah
Dalam hal ini saya menempatkan loyalitas sebagai senjata paling ampuh yang akan membantu Anda menjadikan syarat yang Anda miliki untuk mengembangkan profesi Anda.
Ketidakmampuan penulis untuk menghadapi berbagai hambatan di dunia penulisan akan membuat penulis tidak ‘tahan’ dengan profesi ini, akhirnya menjadi menulis hanya sebagai sampingan belaka atau memilih profesi lain yang terlihat sudah jelas menghasilkan uang.
Kemampuan penulis untuk beradaptasi dan memiliki kesabaran dalam berproses inilaha yang dinamaan loyalitas penulis.
Penulis yang memiliki problem akan loyalitas pada profesi ada baiknya mulai mengembalikan pertanyaan kepada dirinya sendiri, apakah memang ini jalan hidup yang Anda pilih? Seorang sahabat mengirim sms kata-kata bijak, “Hanya kita sendiri yang tahu batas kemampuan kita, Jangan Menyerah! Tapi, kita tahu kapan harus berhenti pun juga sangat penting” Bagaimana menurut Anda?
Banyak mempertanyakan mengenai profesi menulis yang tidak mampu menjadi penopang hidup, namun banyak kenyataan berkata lain, penulis-penulis produktif dan jeli mampu menjadi jutawan dengan profesinya. Tengok saja Hilman Lupus, Pipiet Senja, Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Habiburahman El Shirazy, dan masih banyak penulis lain yang konsisten dalam bidang menulis dan loyal pada profesi menulis.
Yang paling sulit dalam profesi menulis adalah memadukan idealisme penulis dengan kebutuhan industri yang notabene market oriented. Namun, ini adalah salah satu tantangan bagi penulis. Penulis harus mengasah pemikiran outside to inside yaitu penulis diwajibkan untuk banyak melihat kebutuhan pasar, banyak melakukan benchmark dan observasi, serta mendengarkan sharing baik dari penerbit mau pun pembaca. Dari ketiga hal ini lah kemudian penulis merespon dengan strategi dan sekaligus meningkatkan skill menulis sehingga menghasilkan karya yang menarik dan mudah diserap pasar.
Barangkali kita sudah mampu melihat kebutuhan pasar tapi mungkin saja kemampuan kita untuk menghubungkan antara kebutuhan dengan respon tidak sinkron, maka tidak heran jika proses yang dilalui secara instant dalam bidang ini tidak mampu melahirkan ide-ide yang inovatif dan bisa diwujudkan.
Loyalitas berperan dalam proses penggodokan seorang penulis kategori pemula dengan skill terbatas menjadi penulis yang profesional. Semakin banyak ditempa berbagai hambatan penulis dengan mental loyal justru akan semakin berkembang dengan baik. Mereka justru akan mampu mentransfer pemikiran dan idenya dalam sebuah karya yang menarik.
Loyalitas membutuhkan komitmen, sebab membangun loyalitas bukanlah persoalan mudah. Penulis diharapkan memperkuat komitmen untuk pondasi loyalitas yang permanen, hal ini akhirnya akan membuat penulis berhasil menciptakan keunggulan dirinya sendiri dan karya yang dihasilkan, bersaing dengan para penulis berkualitas lainnya dan membuat terobosan karya dalam profesinya. Penulis diharapkan tidak pasif, sekedar bertahan menulis, dan sesekali menghayal menjadi penulis yang kaya.
Bagaimana membangun Loyalitas
Apa yang harus dilakukan oleh para penulis agar konsisten dengan profesi menulis? Salah satu caranya adalah penulis membuat blue print pada karier kepenulisannya. Dengan membuat misi, visi, serta tujuan pada profesinya sebagai penulis akan terpacu untuk tetap bertahan. Berikan reward pada setiap prestasi yang diraih, ketika satu persatu buku Anda muncul jangan menganggap hal itu biasa, tetaplah perasaan senang Anda tak kalah hebat dengan ketika buku pertama Anda muncul, Anda boleh merayakannya dengan teman-teman anda untuk meledakkan kembali motivasi Anda menulis. Berikan kebebasan bagi Anda dalam menulis, jangan terbebani dengan batasan-batanasa dalam menulis, Anda harus melepaskan dan mengalirkan ide di kepala tanpa sekat. Berikan pengalaman baru dalam proses menulis Anda, misalnya ketika Anda bosan menulis tema A maka Anda bisa mencoba dengan tema B. Terakhir, tentu saja Anda harus terus mengembangkan kemampuan Anda dalam menulis dengan melakukan pembelajaran yang tidak berakhir. Anda bisa mengikuti training secara formal, atau sekedar mengikuti diskusi ringan dengan sesama penulis. Anda harus terus belajar untuk menjadi lebih berkembang secara skill.
Nah, selamat menjadi penulis yang loyal akan profesi Anda!

STRATEGI PENULIS DI TAHUN 2008

Berbagai pelatihan kepenulisan di gelar dimana-mana. Semua melatih penulis dan calon menulis untuk meningkatkan kualitas tulisannya. Maka, semakin berkembanglah skill para penulis dan calon penulis tersebut dan semakin percaya diri untuk menulis. Tapi, setelah pandai menulis kemana tulisan akan dipasarkan? Perkembangan media cetak elektonik memang luar biasa, menjamu industri penerbitan tak kalah mencengangkan, namun ini tidak cukup menopang seorang penulis yang skillnya oke untuk tetap eksis. Banyak hal yang komplek dalam dunia penulisan salah satunya adalah kemampuan penulis untuk berpromosi akan diri dan karyanya adalah salah satu factor menentukan eksistensi penulis tersebut.
Saya percaya bahwa menulis bisa dijadikan profesi masa depan yang menjanjikan. Hanya saja strategi penulis berinovasi secara radikal. Tingkat persaingan antar penulis tak kalah heboh dengan perkembangan media dan industri penerbitan hanya satu cara agar penulis bisa tetap eksis adalah tidak terjebak pada peperangan dunia perbukuan namun penulis selalu mencoba menawarkan atribut baru, konsep ide, dan benefit dari diluncurkannya karya mereka kepada penerbit dan pembaca yang notabene sama.
Penulis terus berupaya menciptakan differensiasi pada tema-tema yang ditulis sesuai dengan kebutuhan padar. Kembali pada konsep Philip Kotler yaitu sense and respond artinya penulis sepakat dan konsisten untuk mempelajari pasar lalu meresponnya dengan baik, menulis tema sesuai dengan kebutuhan namun tentu saja tidak keluar dari kontek ‘manfaat’ pada setiap karyanya.

Penulis yang berpromosi
Kini bukan saatnya lagi Anda menulis kemudian menyerahkan semua tanggung jawab penjualan kepada penerbitan, Anda hanya duduk ongakng-ongkang kaki menunggu royalty masuk ke rekening. Mending kalau buku Anda berhasil terjual dengan baik, jika tidak, Anda gigit jari. Kebutuhan penerbit akan penulis sama besarnya dengan kebutuhan penulis atas penerbit. Itu sebabnya penulis dan penerbit harus setali tiga uang untuk menyukseskan karya yang diterbitkan. Penulis yang aktif berpromosi akan lebih disukai oleh penerbit, penulis yang kooperatif dengan jadwal yang disusun penerbit dalam mempromosikan buku menjadi nilai plus penulis di mata penerbit.

Penulis yang kaya ide
Ide adalah rancangan yang tersususn di dalam pikiran atau gagasan. Selayaknya bahwa ide itu bukan cuman nyangkut di kepala, penulis berani berdiskusi dengan penerbit mengenai ide-ide yang bermunculan. Pola diskusi ini selain akan mematangkan ide namun juga dengan sense seorang editor penerbitan dapat diwujudkan dalam bentuk buku yang menarik. Pada saat ini kegiatan saya bukan sekedar menulis namun menawarkan konsep ide kepada penerbit dan melakukan diskusi aktif dengan mereka, diskusi inilah yang melahirkan karya-karya baru dari tangan saya yang memuaskan bagi saya, diterima oleh penerbit, dan semoga dapat diserap pembaca.

Aktif menjaring relasi
Arti relasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah hubungan dengan orang lain. Salah satu strategi penulis di tahun 2008 adalah dengan aktif meningkatkan jaringan relasi. Relasi sama pentingnya dengan sekumpulan ide yang ada di kepala penulis. Jika ide Anda sudah penuh dan secara keseluruhan menarik, bagaimana mungkin Anda dapat menjual ide Anda jika Anda terbatas dalam hal relasi. Banyaknya penulis yang baik selayaknya seperti fenomena gunung es, banyak yang tidak terlihat atau muncul, sudah dipastikan karena kemampuan mereka menjaring relasi -khususnya di dunia penulisan- yang menghambat mereka untuk berkembang. Menjaring relasi bukan perkara sulit sesungguhnya jika Anda memiliki kemampuan adaptasi yang cukup baik di segala situasi, kondisi, serta level. Masalahnya adalah jika Anda cenderung pemalu dan tertutup, kenapa Anda melakukan gerilya secara tertutup. Misalnya dengan menggunakan nama samaran ketika ingin aktif di milis penulisan, kenapa tidak? Atau mencurahkan isi kepala Anda dalam situs blog yang dapat diakses semua orang, boleh saja Anda buat guestbook sehingga orang bisa memberi masukan serta kritik atas tulisan-tulisan Anda. Manfaat dari relasi selain meningkatkan pengetahuan dan skill Anda dalam menulis juga membuka banyak peluang emas untuk terus berkarya.
Akhir kata adalah ditutupnya tahun 2007 semoga kita semua dapat melepaskan dari strategi tradisional dalam menulis (kirim naskah lalu tunggu jawaban), tahun 2008 Anda menggunakan strategi baru yang lebih dinamis dan fleksibel sehingga menulis bukan saja hanya memuaskan diri Anda sendiri tapi juga memuaskan bagi penerbit dan dapat diterima pasar. Semoga…

Ketika Menulis Adalah PROFESI...

Ketika akhirnya menulis menjadi PROFESI, maka inilah saat yang tepat
Ketika ide bertebaran di kepala
Dukungan bertaburan dimana-mana
Kesempatan datang bertubi
Ya, inilah saatnya...
Ketika hobby kini sudah bisa memberikan sesuatu lebih dari sekedar kepuasan psikologi, ini adalah waktu yang tepat
Ketika menulis menjadi darah dan denyut jantung, inilah saatnya
Semoga aku semakin produktif menciptakan ide
Semoga jemariku tak lelah menari
Semoga Allah senantiasa memberi berkah atas semua tulisanku
Amin....

Kecupan dari Mang Ohan...


Lihat kami.....:)