Say No To Drugs!!

Tahun 2000 saya bersama 5 sahabat mendirikan Yayasan Pashadena Nusantara, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berusaha secara aktif untuk menggaungkan “Anti Narkoba” dan menarik banyak remaja yang sudah terjerat Narkoba untuk melepaskan diri dari ketergantungannya. (Tahun 2004 saya mengundurkan diri dari LSM ini)
Saya merasa marah jika ada sahabat yang mulai mencoba-coba memakai barang haram ini. Saya anjurkan, Narkoba bukan untuk diuji coba pada tubuh Anda!karena sekali Anda mencoba, Anda harus sekuat tenaga untuk tidak mencoba kedua kalinya dan kali-kali berikutnya.
Keinginan melepaskan diri dari himpitan masalah terkadang memicu untuk melakukan percobaan ini, dengan dalih melupakan masalah yang terjadi. Mungkin pada beberapa saat, ya! Anda akan lupa akan masalah. Tapi apakah selepas itu masalah Anda beres. Tidak! Anda malah memiliki dua masalah. Pertama, solusi belum di dapat. Kedua, Anda mulai terjerat Narkoba!
Anehnya, “just for having fun” menjadi salah satu alasan yang dimiliki banyak orang. Masalah tidak menghimpit memang, tapi kondisi psikologi yang labil menganggap Drugs adalah sebuah kesenangan, sebuah symbol pergaulan yang pantas dinikmati banyak kalangan tidak terkecuali.
Ria Irawan, sebelas tahun yang lalu dia pernah dijadikan tersangka karena sahabatnya, Aldi meninggal Over Dosis di rumahnya.
Kini, Ria Irawan kedapatan positif memakai narkoba di sebuah tempat kongkow golongan high class yang tiba-tiba dirazia tanpa permisi oleh polisi.
Selebritis, orang-orang berduit, atau orang-orang yang tidak tahu mau dikemanakan duit melimpahnya memiliki pergaulan yang diyakini akan memicu pesatnya peredaran Narkoba.
Namun saya tidak ingin menghakimi siapapun, karena semua hal berpulang kepada sejauh mana kedewasaan seseorang memilih jalan untuk hidupnya.
Dan memang kedewasaan berpikir bukan ditentukan oleh umur, tapi kedewasaan adalah pilihan. Dan memilih tidak nge-DRUGS merupakan salah satu pilihan yang dewasa.

Berburu Kesempatan!

Mama sering ngomel-ngomel kalau melihat kesibukan saya dalam berburu kesempatan. Beliau mengatakan jika hidup saya seperti ini terus saya takkan pernah puas dengan apa yang sudah di dapatkan karena saya selalu mencari—cari kesempatan lain yang belum pernah saya lakukan. Sebetulnya ada beberapa hal yang saya cari dalam berburu kesempatan :
Pertama, saya melatih diri untuk bisa mengikuti ritme peluang yang ditawarkan kepada publik
Kedua, saya melatih potensi untuk berkembang di berbagai bidang
Ketiga, saya melatih kemampuan yang dimiliki dengan mencoba satu bidang yang belum pernah saya garap
Keempat, saya ingin maju dan kemajuan biasanya di dapatkan dengan mencoba banyak kesempatan.
Point keempat saya tanamkan dalam strategi marketing yang saya lakukan. Berkali-kali saya mengatakan pada seluruh tenaga penjual AYO, BERBURU KESEMPATAN! Kesempatan apa? Kesempatan mendapatkan konsumen.
Penjualan secara pasif biasanya dilakukan tanpa strategi atau memakai pola lama toko yaitu ‘menunggu pembeli’
Saya ingin melakukan penjualan secara aktif yaitu ‘mencari dan menjemput pembeli’
Setiap konsumen saya rangkul, setiap wilayah saya garap, setiap event saya ikuti, semua program saya lakukan, semua karena satu SAYA MENCOBA BERBURU KESEMPATAN dan karena saya yakin KESEMPATAN EMAS ADA DIMANA-MANA asal kita masih setia MEMBURUNYA! Selamat Berburu Kesempatan!

Berubah Demi Orang Lain, Haruskah????

Saya seringkali bertanya-tanya pada sahabat. Haruskah kita berubah demi orang lain? Haruskah kamu berubah karena orang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu secara agresif saya lancarkan pada sahabat-sahabat yang dinilai mengalami perubahan demi orang lain atau memaksakan diri berubah untuk orang lain.
Saya sendiri, punya tabiat SULIT BERUBAH karena dan untuk orang lain.Mungkin ini karena kebiasaan mandiri telah membuat saya kokoh dengan pendirian yang dibangun melalui proses belajar dalam kehidupan pasang surut.
Singkat cerita, saya pernah mencoba untuk berubah. Tapi luar biasa tersiksa diri ini. Ujung-ujungnya saya berpikir realistis, kenapa orang lain harus merubah saya? Dampak negatifnya saya sulit memiliki relationship serius dengan lawan jenis. Masalahnya satu, saya sukar berubah!
Kemudian saya memperkuat pertanyaan HARUSKAH, SAYA BERUBAH DEMI ORANG LAIN?
Oke, kita bicara boleh dan tidak. Wajar atau tidak wajar. Sehat atau tidak sehat! Kini saya punya satu kesimpulan atas sebuah perubahan. Karena memang di dunia ini perubahanlah yang abadi. Semoga saja saya bisa mewajarkan sebuah perubahan diri jika saya melakukannya dengan senang hati, tanpa rasa tertekan, dan enjoy dengan perubahan itu. Jadi, jangan coba-coba memaksa saya berubah, karena perubahan itu akan saya lakukan jika saya tahu, besar manfaat yang didapatkan jika saya berubah. Semoga saja!

Nama Baik Perusahaan Ada Di Tangan Karyawan!

Saya sangat yakin setiap perusahaan memiliki kekurangan, tidak terkecuali perusahaan bertaraf internasional sekalipun. Ini semua karena setiap orang memiliki pendapat sendiri atas sesuatu hal.Mungkin kebijakan yang dipimpin oleh pimpinan perusahaan, akan berbeda dengan pendapat bawahan. Heem, semua karena otak kita berbeda satu sama lain.
Namun, Percayalah sebagai seorang karyawan yang digaji di sana. Nama baik perusahaan harus kita jaga. Jangan sampai bocor kekurangannya di mana—mana, jadi top gossip di kantin sebelah kantor. Well, oke saya maklumi kalau keluhan itu diperbincangkan oleh sesama karyawan tapi jika diperbincangan dengan karyawan perusahaan lain. Itu bukan hal yang menyenangkan!
Saat saya keluar dari kantor, saya membawa nama baik perusahaan. Dan semoga selamanya saya dapat menjaga nama baik perusahaan. Saya lebih senang membicarakan perkembangan dan prestasi perusahaan dibandingkan mengulas kelemahan perusahaan. Mungkin hal ini bisa memicu sinisme, beberapa waktu lalu seorang sahabat rival menyatakan bahwa ‘saya terlalu bangga dengan perusahaan tempat saya bekerja.” Why not? Saya harus bangga, di manapun saya bekerja, saya pasti bangga dengan perusahaan itu. Ini salah satu bentuk ungkapan terima kasih karena perusahaan telah mempercayai saya untuk menjadi bagian dari system.
So, semoga Anda berbangga hati, dimanapun Anda bekerja!Karena Nama baik perusahaan ada di tangan Anda dan nama baik Anda ada di Perusahaan.

Loyalitas, Perlukah!?

Pengalaman saya bekerja di beberapa perusahaan telah menyisakan banyak pelajaran. Pelajaran yang paling berharga adalah bahwa LOYALITAS sangat penting!
Dulu, saya bekerja di sebuah perusahaan multinasional dengan penuh loyalitas walau dalam perusahaan tersebut terjadi riak beriak yang tak pernah surut.
Di saat karyawan lain, mulai banyak mengeluh mengenai system manajemen yang kian berantakan lalu mereka kasak-kusuk mencari pekerjaan lain. Saya masih saja enjoy dengan pekerjaan dan setia mencintai perusahaan.
Apa yang membuat saya begitu loyal pada perusahaan tersebut? Karena saya masih merasa banyak mengambil keuntungan dari perusahaan dan masih dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan di sini bukan dalam jumlah nominal, tapi lebih kepada timbal balik pembelajaran. Saya telah banyak belajar di sana, dan mungkin saja perusahaan dapat belajar dari pola kerja yang –kadang- saya ciptakan secara kreatif. Sama-sama menguntungkan bukan?
Loyalitas memang seharusnya memberikan satu dampak positif, salah satunya adalah –peningkatan karier- terlebih jika karyawan memang memiliki potensi ke arah itu.
Dan biasanya, loyalitas saya menurun jika saya sudah merasa perusahaan tidak diuntungkan lagi atas adanya saya dan saya merasa perusahaan tidak menguntungkan lagi buat saya. Sekali lagi, keuntungan itu bukan dalam jumlah nominal tapi pembelajaran yang terus menerus. Pembelajaran buat saya adalah aktualisasi inovasi dan kreativitas. Begitu keduanya dicekik, maka keduanya akan menghilang, dan semangat loyalitas saya segera memudar. Namun, percayalah, inovasi dan kreativitas yang saya ciptakan –semoga- tidak membuat tempat saya bekerja merugi. Toh, saya sudah menghitung baik dan buruknya. Sialnya, tidak semua perusahaan menyukai karyawan yang terlalu rajin berkreasi macam saya.
Gede Prama mengatakan “ Inovasi tidak lahir di perusahaan besar. Inovasi lahir di perusahaan yang menghargai smartness” Rasanya ungkapan itu benar adanya. Beruntung, kini saya menemukan perusahaan yang membuat saya leluasa bergerak untuk merealisasikan inovasi. Dan tentu saja saya semakin Loyal serta mencintai perusahaan ini. Sekali lagi ini bukan masalah jumlah nominal, tapi karena saya dapat belajar banyak di sini. Selamat berloyalitas pada perusahaan Anda!

Semua Orang Layak Mendapat KESEMPATAN!

Sewaktu saya memutuskan menerimanya sebagai Marketing. Semua terkejut!
“Masa orang kayak begitu kamu terima”
“Mbak, dia kan gagu.Masa mbak terima juga”
“Saya sulit berkomunikasi dengan dia. “
Begitu beberapa ungkapan rekan kerja dan marketing lain di kantor.
Tapi saya malah selalu mengatakan pada semua orang,
“Tolong, Bantu dia!”
“Tolong, dampingi dia”
“Saya tahu dia bisa!”
Semua orang mengatakan tidak setuju. Tapi, saya tertarik untuk menerimanya karena dari sorot matanya saya tahu dia cerdas dan punya kelebihan yang lain.
Memang, hari-hari pertama dia terlihat ‘berbeda’ dibandingkan teman-temannya. Itu sebabnya saya terus menerus memberikan support dan dukungan bagi dia.
Sebut saja, R. Lelaki berusia 33 tahun, berbadan tinggi kurus, dan gagap jika berkomunikasi. Pertanyaan yang muncul dikepala saat meng-interview dia adalah “Kenapa dia bisa menyelesaikan sarjana Teknik dengan nilai yang lebih dari memuaskan?” itulah yang membuat saya penasaran dan akhirnya ingin membuktikan serta memberi kesempatan kalau dia BISA!
Setelah seminggu menghilang. Tiba-tiba kemarin, dia menelpon saya, “Mbak, saya ingin membicarakan perkembangan menakjubkan atas diri saya. Dimana saya bisa ngobrol secara pribadi dengan mbak.” Ujarnya terpatah-patah.
Antara senang dan tak kalah terkejut (karena saya sempat mengira dia menyerah menjalani training yang dilakukan). Lantas, saya mengundangnya datang ke kantor.
Senyuman hangat, itu yang pertama kali saya berikan untuknya.
“Saya senang kamu menelpon saya. Perkembangan apa yang telah kamu alami?” Tanya saya.
Kemudian, meluncurlah cerita menyenangkan darinya.
Ya Tuhan, ternyata saya tidak keliru menerimanya. Kesempatan yang telah saya berikan pada R, telah membuat dia percaya diri untuk membuat kelemahannya bukan halangan.
Dia memperlihatkan sebuah proposal penawaran kerjasama yang disusun secara apik untuk ditawarkan kepada konsumen yang dikunjungi.Proposal itu…sangat menakjubkan!Bahkan saya tidak pernah terpikir untuk membantunya sejauh itu.Bantuan yang saya berikan padanya hanyalah pendampingan dari marketing yang lain.
“Dengan proposal ini saya tidak perlu menerangkan panjang lebar.Ini karena saya memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan, tapi saya tak bisa berbicara dengan baik.” Ujarnya tanpa sedikitpun rasa minder. Kemudian, dia memberikan daftar konsumen yang telah dikunjungi serta membaca proposalnya. Sebagian besar HOT prospek!
“Lalu, apa yang harus saya lakukan untuk kamu? Menelpon konsumenmu? Memfollow up mereka?” Tanya saya
R semakin berbinar, “Ya, mbak. Semoga mbak bersedia.”
“R, tentu saja saya bersedia. Saya pasti akan membantu kamu untuk mencapai target penjualan. Dan kalaupun saya tidak ada di tempat, saya akan siapkan orang untuk selalu membantumu.” Janji saya.
Mata saya menghangat. Tuhan, saya benar-benar tak salah pilih. Kini saya semakin yakin, semua orang layak mendapat KESEMPATAN dan kesempatan itulah yang akan membuat PERUBAHAN signifikan pada diri seseorang. Percayalah!

Jalan Kaki dan Nasi Kucing!

Sejak hari selasa saya sudah menempati tempat baru, kota baru. Secara keseluruhan saya masih belajar untuk beradapatasi. Tapi beruntung sekali, saya kini berada di tengah orang yang semuanya rajin tersenyum. Buat saya itu modal rasa nyaman.
Belajar dari pengalaman mencari –kenyamanan- juga, saya memutuskan untuk kost di tempat yang tak jauh dari kantor alias bisa berjalan kaki. Sembari jalan, biasanya saya merekam semua hal sepanjang jalan –lagipula- jalan kaki kan menyehatkan badan. Jujur baru di wilayah Jawa Tengah saya mulai tidak manja dengan fasilitas. Saya lebih memilih pola hidup sederhana seperti orang-orang di sekitar saya. Mungkin ini bagian dari adaptasi ya?
Salah satu yang membuat saya lebih kaget adalah masih adanya bungkusan nasi yang seharga 500 rupiah. Wow..jaman kayak gini, murah banget! Di sini dinamakan nasi kucing, kalau di kota dinamakan nasinya kucing kali ya? Tapi, saya coba juga tuh nasi kucing karena penasaran isi di dalam bungkusan itu. Hem, Not Bad! Sedikit nasi, sedikit lauk, plus sedikit sambal. Untuk sarapan pagi rasanya nggak jelek-jelek amat. Apalagi saya juga belum menemukan tempat sarapan yang bukan nasi kucing.
Itulah 2 hari kebiasaan saya di sini, berjalan pagi dan membeli nasi kucing. Rasanya saya tidak terbelenggu lagi dengan kebiasaan pemborosan uang seperti ketika saya hidup dan bergaul di kota-kota besar. Hidup sederhana, rasanya memang harus banyak dipelajari oleh kita dari sekitar kita.

Koreksi Penulisan…

Siang ini saya mendapat email dari Bang JH, sahabat yang tinggal di Canada nun jaoeh di sana. Isinya mengenai koreksi tulisan pada naskah yang saya kirimkan padanya. Saya tersenyum-senyum membacanya. Sebetulnya koreksi ini sudah disampaikan beberapa sahabat tapi kebiasaan buruk saya kalau sedang mood menulis selalu saja keluar.
Ya, Menulis tanpa mengoreksi ulang tulisan. Akibat dari aliran ide yang deras serta kepengen cepet ‘ngasih setoran’ ke penerbit, saya seringkali tidak membaca kembali hasil tulisan. Jujurnya, rasanya kok malas banget mengedit tulisan sendiri. Malah saya seringkali mengatakan pada editor penerbit “Tolong edit yang baik ya, tulisan saya masih berantakan tuh.”
Hehehehe…saya terkekeh sendiri baca email Bang JH. Begitu banyak koreksi yang beliau sampaikan. Sampai malu hati diri ini. Tapi beruntunglah, Bang JH masih mau memberi kritik membangun walau ujung-ujungnya ada kalimat “kritiknya sekian dulu, ntar kamu ngambek.” Hahaha…boro-boro ngambek yang ada malah sebel sama diri sendiri. Kenapa ya ketidaktelitian itu masih betah nyangkut …ngek!Dan kalau sahabat-sahabat saya membaca posting ini, giliran merekalah yang pastinya senyam senyum. “Iin gitu lho!” komentar salah satu editor novel saya.

Cobaan Hidup!

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk” Al-baqarah, 45

Cobaan, ujian, dan segala hal yang menyakitkan hati sesungguhnya berasal dari Allah, maka kembalikanlah kepada Allah. Meminta pertolongan dan mengadu dengan penuh keikhlasan.
Ketika saya mendapatkan musibah. Tak jarang saya menangis tersedu dan mengadu. Allah, layakkah saya mendapatkan cobaan ini? Pertanyaan itu berputar-putar di kepala lalu pernah saya merasa bahwa Allah terlalu banyak memberikan cobaan.
Sedikit demi sedikit saya menyadari bagian terindah dari cobaan yang menerpa. Sedikit demi sedikit saya bertambah kuat dan kini segala persoalan mulai dapat saya respon secara positif.
Dan ketika ujian itu berasal dari Allah. Maka Dia pula lah yang Maha Mengetahui Hikmah di balik itu dan biasanya manfaat itu akan terasa setelah sekian lama kita berhasil melaluinya. Percayalah!

Sukses Milik Semua..

Malam tadi saya sedikit jengkel dengan salah seorang sahabat. Berawal dari sms saya menolak pekerjaan yang dia tawarkan, tiba-tiba meningkat pada perbincangan seputar kelayakan seorang penyandang sukses.
Secara tersirat Ia menyatakan bahwa tidak akan ada orang sukses yang lulusan SMA. Lama-lama dia mulai mendiskriminasikan orang-orang lulusan SD, SMP, hingga SMA. Saya beri penjelasan bahwa Sukses Milik Semua, tidak terkecuali..
Pengusaha kata-kata Mutiara “Harvest’ adalah seorang lulusan SD
Beberapa sahabat saya juga sukses bermodalkan ketekunan, kerja keras, doa, dan usaha tentu saja. Bukan bermodalkan ijazah sarjana semata. Bahkan ribuan sarjana kini menganggur.
Sukses Milik Semua! Memang, jaman sekarang untuk bisa bekerja di sebuah perusahaan multinasional lalu meniti karier di sana, syarat khususnya adalah S1 atau S2 atau S3 atau gelar mewah lainnya. Tapi bukan berarti yang bukan sarjana tidak bisa mengambil kesuksesan, bukan? Banyak lahan bisa digarap, banyak potensi bisa diasah, banyak keterampilan bisa dipupuk. Jika Anda mau berusaha, siapapun Anda, lulusan manapun Anda, ANDA BISA SUKSES!
Saya pribadi, hingga kini masih bekerja keras menyelesaikan skripsi, waktu kerja dan kuliah yang saling bertabrakan membuat saya harus memilih. Skripsi? Penting!Bekerja?Jauh lebih penting! Saya rasa pendidikan yang saya peroleh banyak saya dapatkan di lapangan.Jujur, bukan saya menyepelekan pendidikan formal, saya pun berharap bisa meraih pendidikan setinggi mungkin. Tapi saya juga percaya bahwa tanpa pendidikan formal pun, asal kita mau berusaha, kesuksesan akan di dapatkan.
Orang bijak bilang Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Belajar bukan hanya di bangku sekolah, lingkungan menyediakan media untuk Anda belajar. Itu saja!
Saya berharap semoga Anda yang tidak dapat mengecap pendidikan setinggi yang anda dan orang kebanyakan harapkan tetap akan optimis memandang hidup dan cita-cita. Mari kita bersaing sehat!

Waktu bukan hanya Investasi Harta…

Entah kenapa, banyak malam dalam bulan ini saya nyaris tak bisa tidur nyenyak. Di otak saya menggelambir gepokan ide dan strategi yang tiba-tiba mencuat menjelang tidur. Terganggu? Ya, jelas! Karena jika saya memaksakan diri menutup mata, saya malah gelisah. Tapi jika saya coba membuka layar hp untuk mengetik ulang aliran ide di kepala, saya akan menghambat pembagian waktu kerja dan istirahat. Hasilnya justru pada pagi harinya saya akan kurang bersemangat beraktivitas.
Entah kenapa, banyak hari-hari saya disibukkan dengan bekerja. Saya bahkan tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar berjalan-jalan sore. Sabtu bahkan minggu, saya memiliki kegiatan ini dan itu yang berkaitan dengan pekerjaan. Sekali lagi, pekerjaan!
Kemudian, akhirnya saya coba introspeksi diri. Mengapa hal ini terjadi. Setelah mengevaluasi terus menerus akhirnya saya dapatkan point penting. Saya terlalu pusing dengan “optimalisasi waktu.”
Ya, benar. Waktu memang berharga. Pengusaha sukses bilang “TIME IS MONEY” lalu saya bilang “WAKTU ADALAH INVESTASI HARTA” Harta disini bisa dalam cakupan seluas-luasnya.
Waktu menghadirkan investasi pembelajaran, investasi pengalaman, investasi ilmu, dan banyak investasi lainnya. Pemahaman itu membuat saya terus berpacu dengan detikan waktu, bahkan tak ingin kehilangan sedetikpun tanpa sebuah investasi. Ya, saya lupa bahwa saya juga adalah manusia yang bukan hanya bisa memikirkan keseriusan menata hidup dan menata masa depan, tapi saya juga manusia yang butuh penyeimbang dari sikap pekerja saya yaitu ‘hiburan’
Berbekal semua itulah, kini saya mulai menginvestasikan waktu hanya untuk bersenang-senang. Waktu bukan hanya investasi harta tapi juga investasi rasa bahagia.

Bersatu dan Bercerai Karena Cinta

Tamara, figure wanita cantik, terlihat penyayang, pintar, sukses, dan rajin sekali mendawamkan kalimat Allah. Kemudian suaminya, Rafli, figure lelaki nyaris sempurna, selain ganteng, mapan, juga secara kasat mata suami yang baik. Pasangan luar biasa itu dikabarkan akan segera mengakhiri rumah tangga sakinahnya karena CINTA. Tamara mengatakan ‘saat dia menikah dan kini berpisah semua karena cinta’
Djenar Maesa Ayu, penulis kontroversial ala Indonesia dan suami akhirnya juga bercerai, mantan suaminya mengatakan ‘kami berpisah karena cinta’
Tidak mengherankan jika KITA BERSATU KARENA CINTA tapi jika BERPISAH KARENA CINTA, Apalah itu? Tanya beberapa sahabat saya yang sangat kritis mengamati perkembangan gossip di infotainment.
Saya pernah mengalami hal tersebut, bahkan beberapa orang sahabat mengalami hal itu. Berpisah dengan orang yang kita cintai. Bukan karena orang ketika, bukan karena konflik berkepanjangan, bukan pula karena tidak saling mencintai lagi, Tapi itu dilakukan justru karena cinta.
Cinta, Ya, Cinta…sebuah masalah hidup yang menyenangkan walau kadang menyakitkan. Semua orang tidak dapat mengartikan cinta secara spesifik, namun mampu bermain-main dengan cinta secara professional.
“Saya cinta kamu.” Tapi alangkah lebih baik jika “Kita berpisah” Bayangkan jika hal itu harus anda ungkapkan pada pasangan anda. Saya mengalaminya dan kita punya alasan melakukannya.
Benar memang, Cinta tidak selalu harus memiliki, apalagi jika saya tak mampu menjadi yang terbaik baginya dan saya sangat bahagia jika orang yang saya cintai bahagia, walau harus bersama orang lain.

Jangan Pernah menyerah pada hidup..!

Iin yang tidak pernah menyerah..
Demikian kalimat pembuka dari seorang sahabat yang dikirimkan melalui email. Membaca kalimat itu saya tersenyum malu…malu sekali. Benarkah saya tak pernah menyerah dalam hidup?
Cita-cita saya sejak SD ingin menjadi seorang arsitek (selain menjadi penulis). Berbekal keinginan saya rajin belajar dan mempelajari pelajaran hitung-hitungan. Gawat, walau sejak SD saya selalu ada di peringkat 5 terbaik tapi pelajaran berhitung nilainya paling ambrol. SMP, saya lebih gawat lagi. Prestasi menurut drastis, apalagi ya itu, hitung menghitung. Padahal berbagai les saya ikuti. Entah kenapa otak tak bisa diajak kompromi!? SMA, gawat banget. Bakat menulis malah menonjol, tapi berhitung makin tak terkendali gawatnya. Akhirnya boro-boro masuk kelas IPA, dapet nilai 6 di raport untuk pelajaran exact aja udah syukur. Ya, saya akhirnya menyerah jadi seorang arsitek dan membelokkan keinginan benar-benar menjadi seorang penulis. Sekarang, saya masih ngiler dengan teman-teman yang kuliah di Arsitektur. Saya bisa dibilang menyerah nggak ya kalau begitu?
Menjadi penulis?memangnya saya mampu menjadi seorang penulis? Tahun 2000 saya diwawancara oleh seorang wartawan dari harian Galamedia, Bandung. Ditanya mengenai cita-cita, saya mengatakan saya ingin menjadi penulis professional. Tapi bisakah saya menjadi penulis professional? Saya tidak tahu dan belum tahu. Tapi saat saya melihat kembali hasil wawancara tersebut (kebetulan saya kliping hasilnya), saya termotivasi untuk mewujudkannya. Walau hingga kini saya hanya menjalani sebagai salah satu profesi dan berusaha produktif menciptakan karya.
Dulu, sebelum saya berhasil menerbitkan buku. Saya selalu saja dikecewakan karena tulisan-tulisan saya seringkali ditolak media massa bahkan novel “Gendut, Siapa Takut?” pernah pula ditolak penerbit besar.
Sakit hati, seringkali kecewa, dan kadang timbul keinginan “menyerah” pernah saya alami TAPI bersyukur walau karir saya di bidang menulis belum signifikan membanggakan, namun peluang pencapaian masih terbuka lebar.
Semoga saya tidak akan pernah menyerah!

Pesan bijak dari sahabat…

‘Jika kamu ingin mencapai dunia, pelajari tentang dunia. Jika kamu ingin mencapai akherta, pelajari tentang akherat. Dan jika kamu ingin mencapai dunia akherat pelajarilah kedua-duanya.”
Begitulah pesan singkat yang ditulis oleh salah satu tenaga penjual yang saya training dalam kado ‘Al-Qur’an” yang dia berikan untuk saya. Menjelang keberangkatan saya ke kota baru, Klaten, dia memberikan sebuah kado sebagai kenang-kenangan.
Trenyuh…saya trenyuh sekali dengan pesan yang dia sampaikan. Bagaimana tidak? Setelah sekian lama hidup hanya memikirkan pencapaian –cita-cita- saya terkadang lupa kalau Allah membutuhkan perhatian lebih dari umat-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan-Nya.
Pergi kemanapun saya selalu membekali diri dengan Al-Qur’an dan tasbih Tapi terkadang pengamalannya selalu saja dikalahkan oleh rasa cape atau kesibukan. Saya mohon maaf, Ya Allah..
Pesan singkat itu menggugah perasaan berdosa saya. Semoga Allah melimpahkan kekuatan agar selalu stabil menjaga iman. Amin.
Pesan singkat itu pula membuat saya semakin bertekad untuk mengamalkannya dengan baik, “Bacalah Al-Qur’an untuk investasi masa depan”

Lingkungan Baru, Adaptasi lagi deh..!

Kehidupan saya sejak sejak lulus SMA memang habis untuk berkeliling ke sana kemari. Pulau pertama yang saya kunjungi adalah pulau BALI. Saat itu saya bekerja sebagai Jurnalis di sebuah tabloid, dan kini hampir sebelas bulan saya mengalami kembali perjalanan dari satu kota ke kota yang secara intens. Ya, sebagai seorang Marketing, saya dituntut untuk bisa beradaptasi di semua lingkungan, tanpa kecuali.
Setiap wilayah memang unik. Setiap orang juga unik. Perjalanan dari satu kota ke kota yang lain menyisakan banyak pengalaman, pelajaran, dan kenangan menyenangkan.
Jujur, salah satu kota yang paling saya sukai memang Yogyakarta. Selama bertugas, beberapa kali mampir ke kota ini. Selain memiliki culture budaya transisi dari tradisional ke modern (saya harap tidak bergeser ke modernisasi yang terlalu berlebihan). Yogya masih sarat dengan adat istiadat yang kental melekat.
Contohnya, peraturan jam berkunjung. Di tempat kost saya, jam berkunjung dibatasi. Pagi jam 08.00-12.00, malam 18.00-21.00. Jangan pernah berharap bisa melanggar karena pak RW/RT bisa langsung menegur si pelanggar.
Kesederhanaan sangat menonjol di Yogya. Pola hidup, pola sikap, bahkan pola makan dan banyak hal lain yang sejalan dengan waktu membuat saya semakin ‘mirip’ dengan kebiasaan orang Yogya. Hahaha…
Adaptasi berarti kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan (baru). Dan semakin banyak kita mengunjungi lingkungan baru semakin banyak kita dituntut untuk pintar beradaptasi. Semoga saya bisa!

EKSTROVERT, positif atau negatif?

Setelah melalui perbincangan seru dengan seorang sahabat. Dalam pikiran saya ada satu pertanyaan EKSTROVERT, positif atau negatif?
Sebagai salah seorang mahluk Tuhan yang diciptakan dengan karakter EKSTROVERT saya mulai menganalisa ke masa lalu mengenai perjalanan hidup dengan anutan karakter tersebut.
Ekstrovert gampang dikenali dengan gaya bicara yang terbuka, ceplas ceplos, periang, supel, dan beberapa karakter “ramai” lainnya atau kalau dalam buku psikologi ringan, Ekstrovert adalah gaya sanguistis (benar nggak ya?)
Antara positif dan negatif. Seperti juga hal apapun, selalu saja ada positif dan negatif.
Memang, harus saya akui terkadang ada beberapa masalah yang muncul karena sikap keterbukaan saya. Beberapa waktu yang lalu, sebuah email masuk ke perusahaan tempat saya bekerja yang menjabarkan hampir secara secara detail ‘sikap’ saya di lapangan yang dianggap dapat membocorkan strategi perusahaan. Well, beruntung secara positif thinking saya malah mulai mengkaji isi surat tersebut, dan secara profesional mulai belajar untuk menganalisa letak kesalahan “Apakah benar sikap ekstrovert saya dianulir dapat membuka rahasia perusahaan?” Setelah berbicara panjang dengan atasan, saya hanya diberikan benang merah bahwa “semua tergantung dari orang yang saya ajak bicara” Dan secara proporsional saya mulai mengkaji ulang dengan siapa dan tentang apa pembicaraan akan dilakukan.
Setelah hidup 25 tahun dengan karakter Ekstrovert..ternyata banyak hal positif yang saya dapatkan. Saya punya banyak sahabat, rekan, teman diskusi, pengalaman, dan banyak hal menyenangkan lainnya. Negatifnya? Jelas ada! Seperti apa yang saya uraikan di atas, ada saja orang dengan ‘ niat tertentu’ mengambil keuntungan atas sikap saya. Terlepas dari positif atau negatif, saya memilih menjadi orang Ekstrovert. Kenapa? Hidup satu kali tak perlu menjadi beban. Jalani segalanya dengan niat baik, ungkapkan segala keinginan dengan niat baik, bersahabat dengan segala karakter dengan niat baik, Mari kita berpositif thinking pada hidup kita dan hidup orang lain. Belajar untuk melihat segala sesuatu pada hal yang positif!
TERAKHIR, jangan sungkan atau ragu untuk memberikan masukan atau kritik pada orang se-Ektrovert saya. Karena saya yakin semakin banyak masukan atau kritik, saya akan semakin belajar. Terima kasih pada Tuhan, saat saya menuliskan ini, saya telah kembali mempelajari sesuatu akan hidup dan semoga pembelajaran terus menerus membawa pendewasaan bagi saya. Amin.

Salam persahabatan,
Iin

Sebuah Keterikatan Psikologis antara kami semua…

Sabtu pagi adalah saat saya dan marketing yang lain saling melontarkan pendapat dan permasalahan di lapangan melalui sebuah meeting mingguan.
Sabtu pagi kemarin, saya berujar bahwa saya mulai hari senin ini saya tidak ada di Jogja untuk beberapa lama, karena ada kota baru yang akan saya garap. Untuk sementara trainer saya berikan kepada kader yang sudah saya tunjuk. Saat itu suasana berubah sendu.
“Kalau mbak ngga ada, gimana dong kami?” Tanya seorang diantaranya. Saya tersenyum dan menyakinkan mereka bahwa dengan atau tanpa saya mereka harus terus semangat. “Buatlah target perusahaan itu menjadi target pribadi, sehingga pencapaiannya bukan beban melainkan suatu keharusan.” Ujar saya. Dan saya juga mengatakan bahwa kader yang sudah saya tunjuk tak kalah seru dalam memotivasi mereka.
Sore-sore saat bangun tidur, saya membuka sms dari salah satu marketing, “Teh iin masih di jogja kan?kurang semangat nih kalau tidak ada teh iin”demikian bunyinya. Lagi-lagi saya hanya tersenyum sambil mengirimkan sms balasan, “Masih di Jogya dong. Cuman saya kan harus bentuk struktur di tempat lain. Jangan khawatir, semua tempat akan saya perhatikan. Terus semangat ya!? Senin pagi saya masih di Jogja kok.”
Saya menganalisa kejadian ini sebagai dampak dari kedekatan psikologis antara saya dan marketing yang lain. Secara positif, perasaan ini dapat mendongkrak motivasi mereka mencapai target dan mendorong’sense of belonging’ terhadap perusahaan. Negatifnya, dikhawatirkan jika individu yang telah memotivasi beralih konsentrasi, ini akan mengacaukan system atau budaya kerja.
Akhirnya setelah dianalisa semalaman, juga berbekal dari advice atasan saya, Ir.Ridwan Yusuf Baginda . Saya putuskan satu minggu sekali saya akan meeting dengan mereka, walau pun saya sedang berada di kota yang lain (tentunya dengan jarak yang rasional dong!). Jika tidak, secara periodik saya akan berkomunikasi dengan mereka, baik melalui telpon atau sekedar berSMS…..Mudah-mudahan segalanya berjalan lancar.Amin.

Pemberantasan Korupsi, Siip deh!

Arifin Ilham dalam ceramahnya mengatakan bahwa sekecil apapun jumlah yang dimasukkan ke saku tetapi berasal dari uang negara adalah KORUPSI. Sekali lagi KORUPSI!!! Apalagi dana milyaran rupiah yang ditilep oleh banyak pejabat negara ya? Coba tengok 11 milyar dikantongi pejabat Lampung saat menggelembungkan harga tanah rakyat yang disana. Milyaran-milyaran lainnya dikantongi oleh pejabat KPU, dirut BNI, pejabat DepAg de el el..pusing saya kalo harus menghitung nominal itu! Coba kalau uang itu tidak dimasukkan ke rekening pribadi, mungkin hutang negara kita sudah lunas blas..blas..blas…
Presiden SBY berjanji bahwa dalam 100 hari pemerintahannya, Agenda pemberantasan korupsi di negara kita akan menjadi agenda utama. Walau masih banyak bolongnya juga setelah 100 hari itu terlewati (Kembali ini terkait dari partisipasi individu lainnya, dalam hal ini orang-orang yang ditunjuk Presiden tentu saja!) saya salut dengan Presiden SBY. Kenapa? Kini, koruptor-koruptor kelas kakap mulai diswipping (Ternyata yang diswipping bukan perumahan kumuh saja ya?) terlepas dari hasil akhir putusan akhir kasus, fenomena ini kian menggeliat dan memanas.
Sekarang setiap pagi, di sela sarapan, data saya mengenai jumlah pejabat dan nominal semakin membengkak. Tanpa maksud menasehati, marilah kita mulai takut untuk berbuat salah…sekarang dunia dan akherat menghadirkan hukuman untuk setiap kesalahan. Paling utama adalah semoga kita semakin takut pada murka Allah. Semoga Allah meluruskan jalan kita semua. Amin.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga…

Masih ingat wajah kuyu Hughes yang sedang diwawancarai infotainment saat mengungkapkan kekerasan yang dilakukan suaminya?
Cut Keke konon dikabarkan bercerai karena tindakan kasar juga
Lalu beberapa selebritis lainnya pernah mengalami hal yang sama. Novia Ardana, yang bermata bengkak karena ditinju lelaki yang dicintainya.
Bukan hanya itu..
Tabloid Nova rajin pula mengetengahkan banyak peristiwa di masyarakat dimana seorang suami menyiksa istri hanya karena cemburu..di media elektronik berita bertema itu pun tak kalah seru.
Iklan layanan pemerintah kini menampilkan sosok anak SD yang tertekan secara psikologis karena dia MENDENGAR, MELIHAT, dan akhirnya BERPENDAPAT sendiri mengenai kekerasan yang terjadi antara orangtuanya.
Pikirkanlah mereka….
Pikirkanlah perkembangan psikologis mereka…
Bukankah segala persoalan memiliki solusi yang lebih damai
Ayo hentikan kekerasan dalam keluarga!

JOJOBA (Jomblo – jomblo bahagia)

Itu judul karya terbaru Setta Widya terbitan Grasindo, Jakarta.
Membaca uraian novel berhalaman 136 itu saya cekikikan sendiri. Lucu banget…suatu pengemasan pencarian sebuah “CINTA “yang sebenarnya bukan hanya notabene dilakukan wanita karier ‘berumur’dan belum beruntung mendapatkan pasangan hidup yang sangat natural. Semua orang melakukannya. Find the real love from the right man or the right woman.
Dunia kerja terlebih dunia kosmopolitan, banyak sekali perempuan-perempuan yang berkarier belum menemukan belahan jiwanya. Ada dua kondisi di antara mereka, TERTEKAN atau TAK PEDULI.
Nani, merupakan salah satu contoh tokoh yang diciptakan Setta. Mendekati umur 40 tahun, berkarier bagus, tanpa pasangan bahkan belum pernah jatuh cinta hingga usia itu..weleh..
Dea, janda muda memiliki anak satu, jenjang karier menggiurkan, cantik, dan sangat menyenangkan
Tussie, Cantik, high quality jomblo, tapi kerepotan cari pasangan hingga harus masuk ke biro jodoh segala
Beberapa wanita-wanita berkualitas lainnya masuk menjadi tokoh, termasuk Verly, berumur 28 tahun, tak kalah sukses dengan yang lain, putus cinta lalu kelabakan karena rada keder sama opini lingkungan kalo putus di usia injury time itu memalukan, lantas bak barang dagangan semua orang mempromosikan dia sebagai perempuan yang mencari pasangan hidup.
Menarik..secara keseluruhan novel ini menggambarkan dunia perempuan sekarang yang sukses berkarier tapi tak sukses dalam bercinta.
Well, jika ditelusuri lebih jauh sebetulnya ketidaksuksesan bercinta mereka bukan karena tak ada yang mencintai mereka. Look at her!! Beauty, brain, behaviour, etc. SO?……..what else?…Mari kita cari jawabannya! Tapi ingat jangan menyalahkan satu pihak karena baik perempuan maupun lelaki saling membutuhkan satu sama lain.

Oh, PKL…

Jika kegiatan mereka mencari nafkah harus dibongkar, Tolong sediakan lahan lain yang nyaman untuk mereka! Begitulah keinginan saya, kita semua, terlebih para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang lahannya di’tertibkan’kan aparat.
Ya, jujur kadang kedatangan mereka di tempat umum mengganggu kenyamanan dan keindahan lingkungan. Tapi menurut hemat saya, sangat tidak adil untuk menggusur mereka dengan semena-mena. Lebih arif dan bijak, sebelum penggusuran terjadi Pemerintah sudah menyiapkan ‘lokalisasi’ bagi para PKL, jadi lebih tepatnya memindahkan mereka dari satu kawasan tak teratur ke kawasan yang teratur dan terpilih. Tentu mereka akan senang dan tidak perlu lagi mengeluarkan energi untuk berdemonstrasi. Dimana? Pemerintah punya Dinas Penataan Kota yang bisa diberdayakan untuk membuat setiap kota lebih teratur, bukan? Jadi, buatlah semua orang merasa nyaman tinggal di Indonesia. Bukankah Indonesia milik kita semua?

Kurangnya Kepekaan!!

Sebenarnya sudah banyak solusi yang ditawarkan untuk mengatasi segala persoalan di masyarakat.
Banjir, misalnya...
Oke, Jakarta terendam air sudah jadi wacana tahunan yang menarik untuk dibahas. Sebenernya banyak solusi yang bisa dilakukan agar tidak terulang banjir-banjir dan banjir yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Tapi solusi apapun dikembalikan pada kepekaan masing-masing individu di dalamnya.
STOP Buang Sampah di sini!! Begitu bunyi papan yang dipasang di sebuah arus air. Nyatanya, kita masih juga membuang sampah dan mengakibatkan arus air mampet tidak terkendali dan akhirnya saat hujan datang, banjir melanda.
Ayo Pisahkan Sampah yang Anda miliki pada kantong plastik yang berbeda. Saya pernah mendengar himbauan itu dari pemerintah. Nyatanya, kita terlalu malas untuk melakukannya. Akibatnya sampah bercampur tak karuan, di buang tak karuan, akhirnya semua serba tidak karuan.
Menurut saya..Ini benar-benar menurut saya ya?..segala sesuatu harus dikembalikan ke diri kita sendiri, jangan mentang-mentang jadi rakyat segala sesuatu harus dibereskan oleh yang di atas dan ngamuk kalau yang di ‘atas’ tidak bisa membereskannya.Padahal…..
Rasa-rasanya akan sangat menyenangkan jika hidup kita semua tertib dan sehat. Akal pikiran sehat, gaya hidup sehat dan pola pikir sehat. Semua berawal dari diri kita sendiri.Percayalah!

Saya Akan Menggugat!!

“Saya Akan Menggugat!” begitulah ucapan latah banyak orang yang merasa diperlakukan tidak adil atau dicemarkan nama baiknya. Entah apa yang ada di kepala si ‘penggugat’ sedikit tersinggung kok langsung ‘menggugat’?
Pagi tadi di sebuah tayangan Infotainment, ayahanda Pingkan Mambo berbicara di depan publik bahwa dia akan menggugat KUA Pacet, Cipanas karena ucapan pimpinan KUA yang menyatakan kehadiran ayah Pingkan dalam upacara pernikahan sang anak tidak diperlukan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata perbedaan Agama menjadi pangkal persoalan. Dalam Islam memang kewajiban ayah pudar untuk menjadi wali nikah anak perempuan jika berbeda agama. Kemudian alasan kedua, justru dari keluarga Pingkanlah yang menyatakan keberatan kalau sang ayah hadir. “Kenapa hal ini dipermasalahkan? Kenapa dia tidak tidak mempersoalkan perbuatannya yang tidak menafkahi kami selama puluhan tahun.” Ujar sang mantan istri alias ibunda Pingkan.
Ini baru satu dari banyak kasus yang berkaitan erat lagi dengan “IM RIGHT U”RE WRONG” manusia. Kenapa setiap orang selalu merasa dirinya benar, tanpa menganalisa kembali dirinya sendiri? Tepat rasanya peribahasa menyatakan “Semut di seberang pulau kelihatan tapi gajah di pelupuk mata tidak nampak.” Kenapa banyak peristiwa penggugatan dimanipulasi oleh kepentingan sepihak yang kadang tidak masuk akal. Kenapa?……… Allah, Semoga hamba Engkau berikan kesabaran tak terbatas untuk segala cobaan.Amin.

Novel Baru 3 : On The Phone

Satu
Ann masih ragu untuk bertanya sesuatu pada sahabatnya, Meta. Meta menyadari hal tersebut apalagi melihat tingkah Ann yang pendiam kini tambah pendiam, persis kayak anak ayam keilangan induknya –muyung-
"Kamu kalo mau ngomong, ya ngomong aja. Mau nanya sesuatu dan minta nasehat sama aku juga gak apa-apa." Ujar Meta sambil melahap nasi padang yang baru saja dihidangkan.
"Hem..ini kasus yang rumit." Kata Meta, matanya terlihat bingung.
"Rumit atau tidakkan bisa diputuskan kalau aku sudah tahu mengenai masalah yang pengen kamu ungkapkan."
Ann memegang tangan Meta, "Met, bisakah kita jatuh cinta pada seseorang melalui telpon dan kita tidak tahu yang mana orangnya?"
"Ah, itu sih gak mungkin!" jawabnya cuek. Ann langsung kehilangan selera makan. Apakah dia normal?
***
kring..kring…kring….
"Selamat pagi, PT. Andirastiwa Telekomunikasi. Dengan Ann disini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Pagi juga, mbak." Sahut penelpon.
"Ya, bisa saya bantu, pak? Anda membutuhkan salah satu produk kami?"
"Tentu saja, mbak. Itu sebabnya saya menelpon ke perusahaan anda. Begini..saya membutuhkan salah satu alat yang bisa menghubungkan dari satu wilayah ke wilayah lain dengan jarak hingga 500 km."
"Wah…jauh sekali ya?" Ann jadi bingung, setahunya perusahaannya tidak memiliki produk tersebut
Eit, tiba-tiba dia ingat kalau dirinya bukan seorang Marketing. Lalu kenapa dia mesti bingung-bingung dengan produk yang ditanyakan penelpon, "Bagaimana kalau saya sambungkan anda ke Marketing? Tunggu ya.."
"E eh, mbak.."
"Ya.."
"Nama mbak siapa?"
"Ann, pak." Sepengetahuannya dia sudah menyebutkan nama di awal percakapan. Yah, sudahlah..
"Ooh, gak pengen tahu nama saya?" tanyanya
"Hemm.."
"Nanti ditanya sama Marketingnya dari siapa dan darimananya?"
Oh, iya ya..untung diingatkan!
"Maaf pak, dengan siapa saya bicara?"
"Saya Okan, dari Bali."
"Baik pa Okan, saya segera sambungkan anda dengan Marketingnya."
"Eeh…" yang bernama Okan itu menyela lagi
"Ya…"
"Boleh ya saya panggil Ann?"
"Hemm..silahkan.." wah ini bikin memperpanjang waktu di telpon untuk percakapan yang tidak penting
"Saya cuman ingin memuji sesuatu dari anda."
Wah, ketemu penggombal baru deh, Pasti dia mau memuji suaranya.Apa lagi?!
"Suara kamu merdu banget."
Nah, bener kan?
"Terima kasih." Entah kepada berapa ratus penelpon dia mengucapkan terima kasih atas pujian terhadap suaranya.
"Baiklah..saya akan sambungkan kepada Marketing.."
"Eeh.." sial! Menyela lagi
"Terima kasih sebelumnya ya, An."
"Baik, pak."
"Eh jangan panggil Pak dong. Saya belum terlalu tua lho."
Ann bingung, kesel, "Baiklah."
"Panggil saja saya, Okan."
"Baik Okan, segera saya sambungkan ke Marketing." Tangannya dengan cepat langsung menutup telpon dan mengalihkannya ke extensi. Selamat deh!
Kring..kring..kring…
"Selamat pagi, PT. Andirastiwa Telekomunikasi. Dengan Ann disini. Ada yang bisa saya bantu?"
***
Meta menyikut pinggangnya
"Hei, siang bolong dilarang ngelamun ntar keserempet kuntilanak. Hayu kita makan siang?"ajak Meta, sahabatnya, sesama Customer Service.
"Met, aku di sini aja." Agak ogah-ogahan memang Ann hari ini.
"Kenapa lu? Takut ketemu sama Anton yah?" tanyanya menebak. Tebakan tepat!
"Bukan itu!" Ann mengelak
"Alah jangan bohong lah! Emang berapa lama sih kita sohiban. Masa iya aku gak ngerti juga tentang kamu! Anton kan yang selalu ada di benakmu! Ayuk cepet! Jangan sok jadi sentimental gitu deh." Sentak Meta
"Ta..tapi."
"Tapi kamu takut kalau Anton bakalan makan siang lagi sama Lisa, cewek player itu? Biarin aja lah biar si Anton tau rasa ninggalin cewek sebaik kamu sama cewek murahan itu. Rasain! Pasti lebih sakit rasanya." Rutuk Meta panas.
"Met, plis!" airmata Ann mulai mengembang
"Strong girl! Strong!!!jangan kalah sama cowok bajingan itu. Kalau dia cuman bisa dapetin cewek kayak Lisa, kamu malah musti dapetin cowok kayak ..hemm…Devon!Ya, Devon. Dia cowok yang sudah lama nyimpen hati sama kamu. Ingat kan Devon?"
Ya, Devon. Dia adalah anak Marketing yang terkenal punya segudang prestasi di perusahaan.
"Tentu saja! Tapi Devon gak layak dapetin aku!"
"Aduuuh, buang jauh-jauh deh minder lu! Kamu tuh jadi kayak gini gara-gara si kunyuk itu. Lihatlah dirimu dengan objektif, say! Kamu lebih baik dari Lisa bahkan aku bahkan semua cewek di sini yang genit-genit. Kamu berbeda, itu sebabnya Devon ngincer kamu terus. Ini kesempatan. Buka hatimu, kamu gak layak dapet malapetaka kayak Anton." Nasehat Meta berapi-api.
"Ayuk kita makan, ayam di perutku udah berkokok nih.."
Dan seseorang menghampiri mereka, Devon..
"Kalian tidak makan siang?" tanyanya ramah, dan matanya menatap Ann.
Ann menunduk, pura-pura membereskan sesuatu.
"Aku sih mau makan di kantin sebelah. Tapi Ann pengen makan di warung padang di sebelah kanan jalan itu. Kamu mau gak antar dia?" Ujar Meta menjebak. Sial deh!ujar Ann dalam hati.
"Wah kebetulan, aku mau kesana. Mau bareng, Ne?" tanya Devon
Ann gugup, "oh eh oh ya, bo….boleh." Gugup deh dia. Meta langsung menggeret Ann yang masih juga bengong walau sudah mengiyakan ajakan Devon.
"Kalian barengan aja ya? Aku duluan. Jaga Ann baik-baik ya, Dev. Dia lagi gak enak badan. Sus…."dengan lincah Meta memanggil Susi yang baru melintas di hadapan mereka lalu berlari ke arahnya.
Tinggallah Ann bersama Devon. Mereka berjalan beriringan. Ann gak konsen, takut Anton melihatnya berdua saja dengan Devon. Apa yang akan Anton pikirkan tentang dia? Ah tapi..kenapa dia harus selalu saja memikirkan apa yang Anton pikirkan tentangnya, bukankah Anton sudah membuangnya demi seorang Lisa? Dan saat itu matanya tertohok pada sepasang kekasih yang bergandengan mesra. Anton dan Lisa…Oooh, kejamnya dunia!

BERSAMBUNG YA....? :)

Nepotisme dalam media …

“Mbak, apakah artikel atau buku-buku mbak dimuat karena mbak memiliki kedekatan secara personal dengan editor atau redaksinya?” begitu kira-kira pertanyaan dari seorang audience pada acara Talk Show kepenulisan beberapa waktu lalu, dan pertanyaan ini sering saya dapatkan di beberapa acara lain, atau secara pribadi masuk ke email.
Mas Sony Farid Maulana, penyair puisi dan Pemimpin Redaksi budaya suplemen Khazanah, harian Pikiran Rakyat pernah juga menyampaikan bahwa dalam sebuah media cetak ‘nyaris tidak ada nepotisme’ karena terkait dengan kualitas dari karya yang dihasilkan.
Sebelum saya produktif menulis, artikel yang saya buat seringkali mendapatkan penolakan, rasanya saya nyaris putus asa. Namun beruntung, semangat saya tak pernah padam, saya terus menerus mencoba. Dan akhirnya saya kian terlatih menulis.
Prinsipnya agar tulisan Anda dimuat adalah dengan mempelajari terlebih dahulu segmen pasar, gaya tulisan, dan jenis rublik apa yang ingin Anda tembus. Setelah itu anda bisa langsung mulai menulis. Jika mungkin, mintalah komentar dari redaksi mengenai tulisan Anda kemudian latihlah kemampuan Anda untuk mengoreksi tulisan disesuaikan dengan komentar yang diberikan. Komentar itulah yang akhirnya akan memotivasi Anda meningkatkan kualitas menulis Anda.. Jangan lupa, Anda juga harus mencoba menulis di banyak media massa. Dan selamat, Anda juga akan menjadi penulis yang produktif!

Indonesia Menangis….

Reportase pagi, Transtivi, pagi tadi kembali memberitakan berbagai peristiwa mengenaskan di belahan bumi pertiwi kita. Saya menangis…saya sedih..dan rasanya kesedihan itu bukan hanya milik saya. Indonesia kini menangis…
Penggusuran di Tegal dan bogor telah membuat saya menangis
Penimbunan BBM dan penebangan liar membuat saya bersedih
Razia PSK membuat saya bergidik sekaligus prihatin
Aksi kericuhan mahasiswa dengan aparat membuat saya kecewa
Aksi perkelahian pertandingan Surbaya dan persama membuat saya geleng-geleng kepala
Bencana Alam membuat saya tak lepas dari mohon ampunan-Nya
Penyelewengan Pilkada membuat saya khawatir
Pembebasan terdakwa korupsi membuat saya pesimis
Dan berbagai berita membuat saya semakin menangis…
Mengapa damai itu bukan lagi milik kita?
Kemerdekaan sudah puluhan tahun, tapi kita mengalami kemerosotan bukan perbaikan.
Kasihan pahlawan yang sudah mencucurkan tetes darah penghabisan untuk sebuah kemerdekaan, semua akan sia-sia jika masing-masing dari kita menjadi personal penganut “IM RIGHT U’RE WRONG” sehingga menimbulkan banyak tragedi dimana-mana. Saya menangis, Pahlawan menangis, kita semua menangis, Indonesia menangis untuk itu…Allah, Selamatkan Kami!!

Etiket Bersikap

Sarah Azhari kembali digoyang berita tidak sedap. Setelah melahirkan tanpa suami, kini dia berurusan dengan wartawan infotainment karena kasus pemukulan.
Tapi yang saya ulas sekarang bukan si cantik Sarah Azhari, saya hanya ingin mengulas mengenai bagaimana etiket bersikap sebagai manusia bermasyarakat.
Setiap mahluk hidup dibekali akal dan pikiran. Dua hal itulah yang akhirnya akan mengantarkan kita ke dua gerbang. Gerbang kebaikan atau gerbang keburukan. Sebab akal dan pikiran manusia berbeda satu sama lain, maka pola pemikiran dan akhirnya karakteristik pun berbeda.
Sah-sah saja, akhirnya ada warna hitam dan putih, ada baik dan salah, ada haram dan hal, ada boleh dan tidak boleh. Dan sah-sah saja ketika ada pro dan kontra. Tapi lagi-lagi saya bukan ingin memvonis semua itu, saya hanya ingin mengajak semua untuk mulai belajar beretiket dalam bersikap.
Apa sih etiket dalam bersikap? Semua orang bebas berpendapat juga kok mengenai artinya. Tapi etiket bersikap buat saya adalah BERSIKAP PADA ORANG LAIN SEPERTI YANG SAYA HARAPKAN DARI ORANG LAIN BERSIKAP PADA SAYA.
Artinya..jika anda tidak mau dipukul, maka Anda tidak boleh memukul. Jika Anda ingin diperlakukan adil, maka Anda harus memperlakukan orang lain dengan adil, jika Anda ingin dihargai, maka hargai juga orang lain. Just It!Sederhana bukan?

Lagi-lagi cerita Yogya…

Yogya menghadirkan sekelumit kisah dan yang paling menarik adalah sebuah persoalan antara saya dan mantan ibu kost. Setelah mencoba untuk bersabar atas tindakan tidak masuk akalnya. Akhirnya saya mulai melakukan sesuatu.
Hari ini…saya kembali mengunjunginya. Pada awalnya saya hanya ingin meng-clear-kan masalah, mengapa nama saya beliau cemarkan pada semua orang. Saya bukan orang bersih dari noda tentu saja. Tapi beberapa kekecewaan berawal dari dikait-kaitkannya pekerjaan saya dengan persepsi “benar” di pikirannya.
Pertama, jadwal keluar kota saya yang menggunung beliau persepsikan sebagai tindakan tidak tahu aturan.
Kedua, rutinitas jam kerja dari jam 7 pagi hingga 7 malam beliau menganggap pekerjaan yang memalukan.
Ketiga, sikap melindungi diri saya dengan hanya diam, dianggap saya salah. Oho, what the hell!?
Dan banyak lagi kericuhan dari persepsinya. Sialnya, persepsi itu dia tularkan pada orang lain. Terbukti salah seorang diantaranya teracuni (Alhamdulillah hanya satu orang saja)..tapi ini vital karena yang teracuni adalah ibunda dari sahabat saya, Nisa (Masih ingat anak smu yang lugu di tempat kost itu kan?)
Ya, Nisa. Seorang anak remaja introvert, pemalu, dan penuh rasa takut. Hanya butuh 15 hari untuk menyimpulkan bahwa secara psikologis “dia butuh bantuan”
Tanpa bermaksud menjadi pahlawan kesiangan, saya bertekad akan membawa Nisa keluar dari lingkungan kost yang kian membuatnya tertekan secara psikologis. Jujur, bentakan dari ibu kost seringkali dia gemetar ketakutan dan saya selalu melihat hal tersebut. Tuhan, betapa tega seorang perempuan berusia baya bertindak amat tidak bijaksana. Walau ini merupakan tabiat TAPI akhirnya saya tidak bisa mentolerir.
Beberapa hari yang lalu ibundanya Nisa, melancong dari Riau untuk menjenguk anak lugu itu. Malam hari setelah berkunjung, Nisa ke tempat kost saya dengan wajah penuh menahan amarah.
“Mbak, mama otaknya sudah diracuni si ibu. Si Ibu njelek-jelekkin Mbak melulu. Akhirnya mama tidak mengijinkan Nisa pindah dari kost. Gimana mbak, Nisa takut!?” raut ketakutan, marah melintas di wajahnya. Aku mengusap gerai rambut yang jatuh lurus di wajahnya. Nisa terlihat tidak punya airmata untuk menangis dan aku merasa kondisi psikologisnya semakin parah. “Pertemukan saya dengan ibumu.” Pinta saya. Nisa mengangguk, “Tolong saya ya, mbak?” aku mengangguk. Pasti adikku, aku akan mengajakmu keluar dari lingkungan buruk ini. Lihatlah dunia tidak sekedar tempat tidur dan meja belajarmu saja! Tapi sayang, keinginan saya untuk bertemu ibunya pupus karena pada hari yang sama saya harus berdinas ke Solo. Maafkan, mbak, sayang.
Hari ini…saya kembali ke kost itu. Bertemu dengan sang ibu kost, menanyakan Nisa (Tidak jadi meng-clear-kan masalah. Ah, biarlah). Awalnya dia menyembunyikan Nisa dengan alasan Nisa tidur. Ladalah…Nisa keluar kamar sambil berlari ke arah saya. Wajahnya kian kusut. “Kamu jadi pindah?” Tanya saya setelah kami berada di pojokan rumah itu. “Iya Mbak, tanggal 5. Tapi saya enggak akan pamit ibu. Saya mau tunggu dia pergi ke Jakarta. Katanya sih dia mau ngunjungin anaknya.” Ujarnya.”Kenapa harus tunggu dia pergi?” pertanyaan saya sebenarnya basa basi, saya tahu dia takut. “Saya tidak mau pamit dan takut, Mbak.Takut sama mama juga karena mama tetap nganggap mbak jelek.” Aku tersenyum, “Nggak pa-pa Nis, boleh saya minta nomor telpon kakakmu?” ya, Nisa punya dua orang kakak di Yogya yang sama sekali tidak pernah memperhatikannya. “Mbak mau telpon kakakku?” matanya berbinar. Aku mengangguk, “Biar aku jelaskan semuanya.”
Dan hari ini..aku menelpon kakaknya, menjelaskan semuanya dengan porposional, meminta mereka untuk lebih memperhatikan Nisa.Akhirnya, mengucurlah cerita dari kakaknya itu. Perkenalan yang baik dan saling trust satu sama lain.
Nisa, ternyata bukan hanya tertekan di tempat kost itu, tapi banyak factor keluarga yang membuat dia tidak sehat secara psikologis pada masa perkembangannya.
Well, Nisa…mbak sayang kamu. Dan mulai hari ini jika tidak ada seorangpun yang peduli padamu, kamu bisa berlari pada mbak. Mbak akan memelukmu dan mulai hari ini Mbak tetapkan bahwa kamu adalah adik perempuan yang sangat Mbak cintai.

100 jalan untuk membuat karier anda melejit dengan cepat

Miliki etika di kantor
menjaga kebersihan
beri pujian pada rekan atau bos
jangan terlalu pamer
take and give
hormati privasi orang lain
pertegas alasan dan tujuan bekerja
persiapkan diri menghadapi persaingan kerja
tambah terus keterampilan
siapkan sistem kerja yang akan anda jalankan
pelajari kesuksesan orang lain
evaluasi kinerja dan prestasi secara berkala
evaluasi kegagalan secara berkala
kembangkan relasi
bersahabat dengan atasan
berkomunikasi dengan banyak orang
bekerja bukan sekedar mendapatkan uang
bekerja bukan sekedar menuntut hak
terbuka pada kesulitan bekerja
kerjakan tugas tepat waktu
bekerja dengan cerdas bukan bekerja dengan keras
jangan terlalu sering mengeluh
katakan “YA” dengan syarat
berpenampilan rapih
percaya diri
tuangkan semangat pada orang lain
terus telurkan inovasi
patuhi peraturan perusahaan
jadilah rival yang menyenangkan
jangan takut bersaing dengan senior
pahami iklim kerja perusahaan
cintai pekerjaan anda
jangan menumpuk tugas
selalu tersenyum
pisahkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan
jadilah rekan kerja yang menyenangkan
always on time
anda dapat diandalkan semua orang
terima kritik
siap mempelajari hal-hal baru
cepat beradaptasi
jangan terlalu banyak menuntut tapi tunjukkan hasil kerja terlebih dulu
express ur self
jangan berbohong mengenai keahlian yang tidak kamu miliki
miliki etiket : seni manusia dalam bersosialisasi
bersikaplah santun dan sopan
hindari simpati, perkuat empati
banyak berlatih diri dan belajar pada teman yang berhasil
bekerja dengan hati
hindari sikap egois dan otoriter
pertahankan prestasi
im right, u wrong..NO!
jangan menjilat, kemampuan lebih penting
always positif thinking
hindari permusuhan
luaskan pengetahuan
jadilah pelopor
jadilah orang yang peduli
tunjukkan anda mampu
buat target waktu
simpan rahasia dengan rapi
ikuti perkembangan informasi
nikmati tantangan bekerja
jangan takut pada hal baru yang belum pernah dilakukan
Minimalisasi kesalahan bekerja dengan menghindari pekerjaan yang terburu-buru
tunjukan keahlian anda
anda butuh humor untuk menetralisir stress
jangan jadikan pekerjaan sebagai beban
jadilah pegawai yang multitalented
siapkan mental untuk segala benturan
menjadi lebih baik pada setiap harinya
bekerja dengan rapi dan teratur
lahirkan karya yang membanggakan
cepat cari solusi jika hubungan anda tegang
cepat ambil cuti jika anda bosan
hindari antipati
berpikir kritis merangsang keterampilan
manfaatkan waktu sebaik mungkin
patok harapan setinggi mungkin
berikan penghargaan pada setiap prestasi anda
konsentrasi pada tugas yang diberikan
miliki rasa ingin tahu
miliki sense of belonging pada perusahaan
Orientasi kerja ke segala arah
Maksimalkan dan focuskan energi kerja
berani kemukan pendapat
diplomatis saat berbeda pendapat
selesaikan konflik dengan baik
laksanakan daftar to-do
jadikan minat sebagai patokan
lakukanh pengamatan pada karier yang ingin anda raih
jangan pernah menyerah
rubahlah sikap anda
mau membuka diri
pandai beradaptasi pada perubahan
problem solver
loyal
tindakan inovatif
penuh kejutan
dapat dipercaya

Penawaran Kerjasama Pemasaran Terminal CDMA

Kepada Yth,
Semua Pembaca www.iien.tk
Di
Tempat

Dengan Hormat,

Hadirnya TELKOMFLEXI di hampir seluruh bagian Indonesia, menjadi solusi atas keterbatasan jaringan telpon kabel, hal ini menyebabkan tumbuhnya minat masyarakat untuk kembali mewujudkan keinginannya memiliki saluran telpon bahkan sudah merambah pada ketertarikan pada pendirian wartel dimana dan kapan saja baik secara mandiri maupun berPKS dengan Telkom.

Melihat kondisi tersebut kami PT. QUADRANT Lintas Persada, electronics circuits designer and manufacturer, dengan alamat kantor pusat di Jl. Sulaksana Baru III No.21 Bandung Telp. 022-7275254 turut berperan aktif untuk meningkatkan penjualan TELKOMFLEXI di seluruh wilayah yang sudah terjangkau FLEXI. Saat ini kami memiliki sales dan Service Centre di,

KOPEGTEL Yogyakarta
Jl. Trikora no.2 Yogyakarta
Telp. 0274-530833

Cabang Semarang
Komplek Srondol Indah
Telp. 024-7473887
(Beberapa Sales And Service Centre akan segera dibentuk di kota-kota berikutnya dalam waktu dekat)

Adapun produk yang kami jual adalah terminal berbasis CDMA 2000-1x dengan produk sebagai berikut. Satu, FLEXPHONE-LS. Terminal ini dibuat khusus untuk aplikasi wartel, dilengkapi dengan fitur-fitur unggulan seperti generator signal 16khz, sms, PC Fax, internet, voice, pararel atau dikoneksikan dengan PABX. Kedua, FIXTEL. Merupakan telepon rumah dengan aplikasi voice dan sms. Ketiga, TRF. Merupakan telepon rumah dengan aplikasi voice, sms, PC Fax, dan internet.

Melihat betapa menariknya pasar dalam hal penjualan produk Flexi. Maka kami menawarkan kerjasama untuk melakukan program bersama dalam hal penetrasi pasar dan penjualan produk dengan menjadikan kota-kota pilihan ANDA menjadi cabang Sales And Service Centre kami yang prospektif.

Keuntungan bisnis yang kami tawarkan adalah keuntungan bersama antara kedua belah pihak. Mekanisme secara lebih lanjut bisa dibicarakan lebih detail pada pertemuan yang dijadwalkan.
Demikian Penawaran ini saya publish dengan harapan akan terjadi interaksi antara pembaca dan bisnis yang sedang saya kembangkan. Terima kasih atas perhatiannya.Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi, 0274-530833, 022-7275254, 0818618564. atau email indari_m@yahoo.com

Yogyakarta, 20 Juli 2005
PT. QUADRANT Lintas Persada
Indari Mastuti
Marketing Executive

Berikut saya lampirkan penawaran harga,
LS Series + indoor antenna Rp. 1.771.563,-
LS Series + outdoor antenna Rp. 1.886.563,-
Fixtel + battery backup +indoor antenna Rp. 1.395.000,-
Fixtel + battery backup +outdoor antenna Rp. 1.510.000,-
TRF + battery backup +kabel data + indoor antenna Rp. 1.727.800,-
TRF + battery backup +kabel data + outdoor antenna Rp. 1.842.800.-
Paket wartel lengkap Rp. 4.331.600,-

Yuk berbagi pengalaman??!!

Saya yakin semakin banyak menularkan pengalaman, semakin bertambah keahlian saya.
Saya yakin semakin banyak saya menularkan energi positif pada orang lain, semakin positif pola pikir saya.
Dan…
Saya yakin semakin banyak orang tahu sesuatu dari saya, semakin tahu juga saya.
Jadi buat saya, tidak ada salahnya berbagi pengalaman dan menularkan ilmu yang saya miliki. Dan dengan segala kerendahan hati saya selalu welcome dengan penularan pengalaman dan keahlian dari semua sahabat. Yuk, berbagi pengalaman??!!

Kesalahan di Masa Lalu!!

Kasus Sandy Harun ramai jadi perbincangan. Seorang perempuan yang berani mengungkapkan masa lalunya yang ‘kelam’ dengan mengakui bahwa anak ketiganya bukan berasal dari suami sahnya. Dengan dalih bertobat, Sandy Harun bersikukuh dengan pengakuannya walau kini harus berhadapan dengan pengadilan karena dilaporkan sang mantan suami ‘yang juga bersikukuh mengakui bahwa anak ketiga itu adalah darah dagingnya ’
Well, mengingat kesalahan di masa lalu. Masa lalu bukan milik Sandy Harun atau hanya milik para selebritis yang selalu diobok-obok masa lalunya oleh publisis professional. Saya, anda, dan kita semua memiliki masa lalu. Terlepas apakah masa lalu itu bersih dari noda atau bernoda di sana sini.
Menanggapi masa lalu, saya pun memiliki masa lalu yang seandainya bisa, ingin sekali saya lupakan. Masa lalu yang paling menyakitkan adalah pada saat saya melepaskan orang yang saya cintai demi sebuah kebebasan berkarier.
Saya menganggap itu kesalahan di masa lalu, terkadang masih saya sesali hingga kini. Ya, seandainya saya bisa mengapus bagian itu, saya akan lebih lega. Dua tahun sudah berlalu, saya masih menyesalinya. But well, jika tidak ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan itu, saya tetap berharap semoga dia bahagia.

Antara CEMBURU dan CINTA

Sepanjang perjalanan seorang sahabat mengeluarkan unek-uneknya seputar istrinya yang over protective dan posesif. Saya menjadi pendengar yang setia dan sesekali melemparkan humor untuk mencairkan suasana yang agak ‘panas’
Ceritanya seru mengenai kecemburuan istrinya yang membabi buta. Saya hanya menyatakan satu hal “Cemburu itu karena CINTA dan beruntunglah Anda karena itu berarti istri Anda mencintai dan tak ingin kehilangan Anda”
Belajar dari pengalamannya, pengalaman sekian sahabat yang menceritakan ‘pemeliharaan’ istrinya. Saya sebagai seorang perempuan hanya bisa berempati. Berani mencintai adalah berani menanggung berbagai perasaan, berani jatuh cinta adalah berani berkorban. Jujur, sebagai seorang perempuan yang belum menikah tapi pernah jatuh cinta saya pun merasakan perasaan yang sama dengan perempuan yang lainnya. “Cemburu karena Mencinta”

Tentang DIA..

Dia adalah bagian dari masa lalu, masa kini, dan kuharap masa nanti...
Kukecap manis, asin, pahit, dan asam karena dia
Ku menangis, terluka, bahagia, dan terjatuh karena dia
Dan walau semua yang berhubungan dengan dia membangkitkan kenangan
Namun tak jera aku mengundangnya untuk datang dan selalu menjadi bagian dari hidupku
Kuingin berbagi segalanya dengan dia
Semoga dia masih menginginkanku mengecapnya
Semoga dia terus mengingatku
Semoga dia terus mencintaiku
seperti apa yang kurasakan kini hingga nanti pada apapun dia
Dia adalah PENGALAMAN.

Novel Baru2 : Oh, Cinta...

Aku masih manggut-manggut di meja kerja. BeTe kerasa banget deh! Apalagi Andre lagi keluar ruangan, jadi gak ada yang digodain. Iseng kuputar nomor extention Enu
Toet..toet..toet
"Hai..sibuk gak?" tanyaku begitu terdengar desah nafas dari seberang
"Gak juga, taun baru kemana lu?"
"No plan. Males ah! "
"Deuh ni ceceu. Refresing dikit napa ? Kerja mulu bikin lu tua!" ujarnya
"Lha elu kmana, Nu? Punya acara sama mas Baumu nggak?"
"Oh pasti, gue mau ke Santika hotel. Katanya di sana ada tukang Ramal. Gue mau diramal peruntungan di taun depan." Haaah, Enu ke tukang ramall!
"Lu percaya begituan?"tanyaku heran
"Caya yang bagus-bagusnya doang, yang jelek sih di buang ke tong sampah." Jawabnya santai
Aku garuk-garuk kepala, ada-ada aja sohibku yang aneh ini, "kalo gitu gue mo ngedon di rumah aja lah."
"Hahaha..hari gini ngedon di rumah, kacian deh lu! Lha emangnya pacar internetmu kemana?"
"Aduuuuh, Devon, Nu. Namanya Devon."
"Whatever lha. Kemana dia?"
"Tentunya gue gak mau ngabisin waktu lagi sama dia."
"Iiiih..kok aneh! Kemana cinta lu yang ngebludak kayak gelombang Tsunami itu?"
Aku menelan ludah, ada rasa sesal mendengar komentarnya, "Gue diputusin Devon, Nu."
"WHAT!!!!" teriakan Enu di sebelah ruangan udah kedenger begitu nyaring.
"Hiks..sedih gue Nu!"
"Oke..oke..gue ke ruangan lu ya?" klik, horn telepon di tutup. Enu rupanya panik dengan kejujuranku.
Serta merta pintu ruangan terbuka lebar. Enu menghampiri mejaku dan memelukku erat
"Sabar ya, Reg." ujarnya. Aku sejenak kaget campur bingung. Ngapain nih anak? Untung Andre lagi ke lantai tiga, kalo enggak dia bisa nambahin kekisruhan yang dibuat sohibku ini.
"Emang knapa?"
"Lho..lho…elu gak sedih apa diputusin dia?!" Enu melepaskan pelukannya dan memandangku lekat-lekat.
"Hehehehe…sedih sih, gue malah udah ngecucurin bawang bombay pas dia putusin. Sekarang? Im okey, everything gonna be okey."
Enu lalu duduk di meja Gue, "Reg, lu normal?"
"Normal?"
"Iya, biasanya cewek kan suka sedih banget kalo kehilangan orang yang dicintainya. Lu kok biasa-biasa aja sih? Lu gak ngerasa kehilangan?"
"Gue normal, Gue ngerasa kehilangan, Gue juga sudah menangis gara-gara itu. Tapi, Gue gak mau terus dibayangi dia. Forget him!"
"Regina, lu seharusnya ke psikiater deh. Terus, ngisi test. Terus liat hasilnya."
"Udah, Gue udah ke psikiater."
"Hasilnya?"
"Ya, begitulah."
"Reg, lu bener-bener gak apa-apa?" Enu masih juga menanyaiku seolah aku berbohong. Ya, Aku sebenernya agak berbohong tentang sakit yang kurasakan. Devon, telah menghempaskan harapanku dengan telak. Aku sakit, tapi…
"Gue gak pa-pa, Nu. Mungkin Gue memang belum siap untuk berbagi dengan siapapun."
"Ya, mungkin seperti itu adanya. Lu terlalu mandiri untuk berbagi."
"Nu, Gue jatuh cinta pada Devon. Dan ingin sekali Gue bisa berbagi dengannya. Tapi, Gue nggak bisa. Gue tak bisa memaksa diri untuk menjadi siapa yang dia inginkan dan Gue juga tak ingin memaksa dia untuk menjadi siapapun yang bukan dirinya."
"Gue ngerti, Reg. Lalu apa yang akan lu lakukan setelah ini?"
"Menjadi Regina seperti biasanya."
"Regina yang ambisius?"
"Pasti!"
"Regina yang lincah?"
"Pasti"
"Regina doyan makan?"
aku menyeringai "Pasti."
"Regina yang doyan bikin cowok fall in love?"
"Hahaha..pasti!"
"Regina yang doyan bikin cowok patah hati?"
"Pasti juga!"
"Reg, sakit gak sih diputusin cowok?"
"Bukannya lu juga pernah putus cinta?"
"Beda kasus dong, dia kan nyeleweng!"
"Mungkin lebih sakit diputusin dengan sebab yang gak jelas kayak gue."
"Hahaha….sakit ya, Reg?"
"Lumayan."
"Lumayan apa sakit banget?"
"Lumayan sakit banget!"
"Lu kualat kali, Reg."
"Hahaha..kali ya…gue kualat bikin banyak cowok sakit hati."
"Ya udah kalo gitu, tinggal lu introspeksi."
"Udah introspeksi, dan gue gak peduli!!!"
"Reg, lu normal!?"
"Absolutely yes, darling!"
Lalu kami berangkulan dengan hangat. Sampai Andre datang dengan segepok kerjaan
"E eh, lagi ngapain? Pake pelak peluk kayak film India." Ujar Andre sembari menyerahkan gepokan arsip yang harus kutandatangani.
"Lagi merayakan sesuatu."
"Apaan? Ada yang ulang tahun ya?"
"Enggak.Kasih tau gak Reg?" Tanya Enu, aku mengangkat bahu.
"Regina sekarang single woman lagi, bho!" ujar Enu sumanget 45.
"Hahaha..udah gue duga." Andre malah tertawa lebar
"Kok?"
"Ya, aku cuman ngerasa aneh dengan Regina dan cowok itu. Memutuskan sesuatu kok keburu-buru." Ujar Andre sok tau
"Ternyata kamu udah mendoakanku macam-macam, ya?" tudingku dengan gaya sok marah
"Enggak juga, cuman heran aja dengan kamu."
"Aduuuuh…ternyata Andre, kamu cenayang juga ya?" Tanya Enu heran
"Ah, sudahlah Reg. Yang penting terus berkarya."
"Thanks, Ndre. Lalu aku tanda tangan apa lagi nih?" aku menunjuk tumpukan kertas didepanku.
"Tandatangan semua berkas yang akan membuatmu lebih lega. Minimal kerjaan beres, jadi kamu punya waktu untuk mikirin cinta"
"Cinta oh cinta…" teriak kami berbarengan.
Dan demi menghiburku, akhirnya Enu membatalkan rencana tahun baruannya dengan mas bau dan menghabiskan sepanjang malam bersamaku beserta sms-sms dari sahabat yang begitu memotivasi perjuanganku di tahun depan.
Best wishes for year 2005 Hope It will be a better for all of us filled with more success, happiness dan healt…
Karya telah kita torehkan pada masanya dan akan terus bercerita pada zamakuya. Happy new year 2005.
Welcome the new day with a new spirit, a smile on ur face, Love in ur heart dan good thoughts in ur mind. Happy NEW YEAR 2005.
Happy New Years 2005. may God lead ur steps, keep u in His love and blessing in the coming new year. Wish u all the best!
One more day, this year is ending. One more night, a new day begins. One more year, another chance begins, we start with new hopes. HAPPY NEW YEAR 2005.
Start a new year with a clean HEART free from harted no tears, No fear. Lay down to ALLAH. Happines for 2005. HAPPY NEW YEAR 2005.
Happy New year 2005. I prayer for u in 2005 later, u getting more success in all ur activity and carrier. May God bless u.
Met taon baru 2005 yah?
Ya, selamat datang tahun baru, semangat baru, dan cinta baru..ekh, cinta?! Plis dong!!!!


INI BARU SEBAGIAN KECIL DARI NOVEL BARU YANG AKAN SEGERA RAMPUNG...TUNGGUIN YA??!!

Novel Baru1 : GENGSI!!!!

Bab SATOE...

Perubahan dimulai dari diri sendiri.


Tanggal satu, Yes! Ini berarti gajian. Wajahku langsung sumringah mengingat itu. Bagaimana tidak? Gaji yang kutunggu jatuh sebulan sekali saja dan ini berarti aku akan membereskan segala sesuatunya.
Pertama : aku ingin membeli sepatu Rosana yang kemarin aku lihat di butiknya. Sepatunya sih sederhana tapi memang enak dipake dan cukup menggoda.
Kedua : Membeli baju-baju bagus dan tentu saja mahal untuk menjaga penampilanku sebagai seorang marketing tulen yang sukses..uups..ada gak ya duitnya???
Ketiga : Bayar kartu kredit yang lebih dari limit..oh!
Keempat : bla..bla..bla
Tapi mengingat hal-hal itu wajah sumringahku langsung melipat. Emang berapa besar gajiku? HAH! Tekor..ini pasti tekor lagi! Ini pasti karena gaya hidupku harus mengikuti gaya orang-orang di sekelilingku. Gaya orang sukses! Hiks…!
Dan uang gajiku seolah hanya numpang saja di saku kemudian dalam sekejap langsung mengalir keluar tanpa perasaan. Dompetku nyaris kerontang di tengah bulan kemudian terisi kembali dengan uang panas dari kartu kredit. Nelangsanya aku!
Kepengennya sih dengan posisiku yang lumayan di perusahaan aku bisa menghasilkan banyak uang. Tapi apa daya perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan besar yang ogah banget gaji karyawan lebih. Pelit! Padahal gaweanku bukan main banyaknya, semua orang sepakat aku sibuk. Bahkan sibuuuuuk banget! Kayak setrikaan kesana kemari tanpa lelah. Semua karena aku memang punya kerjaan banyak dan jadi orang sibuk dengan penghasilan MINIM! Tapi apa daya semua orang menganggapku seorang wanita sempurna yang punya segalanya, karier bagus, sukses, dan bahagia. Jadi aku harus menampakkan diriku seperti itu. Begitu menyiksa!
Dan ini juga gara-gara aku punya keluarga yang sukses. Sebagai anak satu-satunya yang kebetulan berasal dari sperma orang sukses dan dilahirkan oleh seorang wanita sukses maka aku menyandang anak sukses. Padahal…
Belum lagi semua sepupuku semua nggak ada yang enggak sukses. Semua tajir alias kaya alias orang kaya dengan penghasilan WOW..jadi aku harus menjadi bagian dari mereka. Minimal terlihat seperti mereka. OH!!!
Dan…..
Semua orang sepakat bahwa aku adalah wanita karier yang sukses.Tapi mereka salah. Aku bukanlah wanita karier yang sukses!
Semua beranggapan bahwa kesibukanku yang menggunung jika dinominalkan dengan uang maka adalah jutaan dalam saku perbulannya.Tapi mereka salah. Aku hanya perempuan berpenghasilan tiga jutaan perbulan.
Dan semua beranggapan bahwa aku telah memiliki segalanya dan aku bahagia. Mereka sungguh salah..sangat salah..karena aku tidaklah bahagia!!!!
Ini adalah rahasia dari diriku sendiri dan aku ingin semua orang tidak beranggapan bahwa aku adalah sang wanita sempurna. Aku bukan wanita karier sukses, aku bukan pula jutawan, dan aku tidak bahagia!
Ah lupakanlah, ini tanggal satu dan aku harus seceria biasanya dong. Jangan pernah memperlihatkan penderitaan yang dialami oleh kita. Pendam terus..sampai jantungan..dan bawa mati tuh rahasia. Rahasia kalau aku bukanlah orang sukses.
Hap..wake up girl!!!
Wake up…!
Bino masih ngerengkol di kaki kiriku. Inginnya aku jadi Bino. Kucing cantik yang nggak punya beban apapun. Happy ever after!
"Bin, seriusan nih nggak mau bangun." Aku menggoda Bino yang masih enak males-malesan. Kugerak-gerakkan kakiku.
"Miaaaw…" Bino bersuara pelan. Malas!
"Bangun, Bin. Tanggal satu nih!" lho emang apa artinya tanggal satu buat si Bino? Bulu-bulunya yang jabrik terlihat kusut, sekusut hatiku. Pagi-pagi kok udah kusut? Tentu saja! Setiap pagi aku harus memeras otak untuk menjaga sikap agar tetap terlihat sukses seperti harapan semua orang. Puiiih! Aku ingin jadi Bino!
"Miaaaw.."hemmm…malas. Dan inginnya aku bermalas-malasan seperti Bino!
"Oke, Bin. Silahkan tidur kembali tuan Raja. " aku beranjak dari ranjang. Bino tetap tidur seolah tak terganggu.
Aku maksain diri untuk bangun, tujuan pertama yang ingin kulihat adalah Time plannerku. Time plannerku, buku berukuran sedang yang mencatat semua daily planku dari tanggal satu ampe akhir bulan kemudian ke tanggal satu bulan berikutnya dan seterusnya, catatan kegiatan dari pagi sampe malam. Uuuh, membosankan!
But, bagaimanapun aku harus terlihat ceria. Bukankah aku orang sukses? Oh, God!
Setiap hari kegiatanku bejubel, sok sibuk gitu deh! Semua orang bilang ini karena aku adalah wanita karier yang sukses padahal ini karena aku yang gila kerja dan membuat diriku terlihat sukses! Semua karena GENGSI!
Ya Gengsi, gengsi juga dong seorang Malia Sheren Akbar, anak seorang dokter ahli kandungan beken di kota kembang dan anak dari seorang notaris paling mahal di kota kembang juga musti jadi wanita biasa-biasa saja. Beban..ini beban dari nama besar mama dan papa! Kadang suka nyesel kenapa aku musti dilahirkan di keluarga sukses ini. Nyesel karena karena kalau aku tidak bisa nyaingin kesuksesan kedua orang tuaku aku bakalan nahan malu seumur hidup. Padahal aku bilang bahwa gajiku nyampe sepuluh juta adalah bohong, aku seorang eksekutif muda itu juga bohong, aku bilang bahwa aku sukses itu juga bohong (eh mereka yang beranggapan aku sukses sih, padahal…), dan aku bahagia itu juga bohong. Tuhan tolong, semua yang ada di pikiran mereka adalah salah.
Kedua orang tuaku kaya dan sukses.
Papaku, Budiman Akbar, seorang dokter ahli kandungan yang paling beken di kota kembang. Sukses, sibuk, dan banyak uang.
Papa bilang orang tuanya yakni eyang kakung dan eyang putri adalah orang tua yang juga sukses, itu sebabnya papa sejak kecil dipersiapkan menjadi orang sukses juga. Kehidupan papa dibuat sedemikian teratur. Mungkin kehidupan yang monoton dan membosankan tapi itu adalah kewajiban yang harus diikuti.
Katanya, pagi, siang, dan sore bahkan malam papa diwajibkan untuk berkutat dengan belajar, belajar, dan belajar. Tapi dasar papanya yang juga pinter, belajar buatnya bukan sesuatu yang menjemukan. Keinginannya untuk bisa sesukses orang tuanya telah memotivasi papa untuk terus maju pantang mundur.
Eyang kakung adalah seorang juragan batik. Tapi dari empat anaknya hanya satu yang dipersiapkan meneruskan usahanya sebagai Juragan batik yaitu anak paling sulung, Pa puh Daus Akbar. Anak-anak yang lainnya akan dipersiapkan menjadi orang-orang hebat. Hasilnya? Terwujud!Anaknya yang kedua, Pa puh Abdullah Akbar kini menjadi seorang pengacara paling laris di negeri ini. Wajahnya kerap muncul di layar kaca sebagai pembela kaum-kaum jet set yang tertimpa masalah. Bayangkan kaum jet set yang di bela, berapa bayaran yang diterimanya di setiap kasus? Mudah saja! Puluhan juta atau ratusan juta atau mungkin bisa dengan nol sembilan. Ini keliatan banget dari pola hidupnya yang serba glamour. Pa Puh Muhammad Akbar adalah seorang Arsitek dengan bayaran ratusan juta. Dan terakhir adalah papaku yang juga tak kalah sukses dengan ketiga kakak-kakaknya. Lalu bagaimana dengan anak-anak mereka? Ya, semuanya berhasil menjadi seseorang. Semua sepupuku menjadi orang sukses. Sayangnya, menjadi seseorang dan kategori sukses di Negara kita ini selalu dikaitkan dengan berapa jumlah uang yang dimilikinya. Dalam arti kata secara turun temurun mereka berhasil menjadi orang kaya. Lalu bagaimana dengan aku? Aku tidak kaya tapi aku dikategorikan sebagai orang kaya juga. Padahal….
Ah, sungguh…aku tersiksa berada di tengah-tengah mereka.Tapi aku masih beruntung menjadi anak satu-satunya mama dan papa karena kalau saja aku memiliki satu, dua atau tiga saudara sekandung. Bukankah ini akan lebih menyiksa? Bagaimana jika mereka lebih sukses dibandingkan aku? Atau lebih parah mereka sama-sama terbebani dengan kesuksesan mama dan papa? Untunglah..untunglah..dan mudah-mudahan hanya aku saja di dunia ini yang merasakan hal ini. Merasa terbebani dengan kesuksesan orang tua!!
Padahal Fakta yang benar tentang aku adalah :
Karierku hanya sebagai Marketing dengan gaji tiga juta
Bahwa perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan besar dengan fasilitas dan tunjangan minim
Aku tersiksa menyandang gelar wanita karier sukses, dan diharapkan akan sama suksesnya dengan kedua orang tuaku
Aku harus menghidupi diriku dengan segala yang serba high class. Padahal kadang aku harus menggesek kartu kredit karena kehabisan uang untuk membeli ini dan itu
Aku harus tersenyum ramah pada semua orang. Padahal aku lagi sumpek pikiran dan perasaan. Ini karena nama besar orangtuaku.
Aku harus menghadiri acara ini dan itu demi membuat orang tuaku yang sukses senang. Kemudian diperkenalkan sebagai seorang yang sukses pula. Mereka bangga, tapi aku nelangsa.
Aku ingin menjadi diriku sendiri. Tapi bagaimana caranya????.......
Ah, persetan yang jelas hari ini aku ada pertemuan dengan Bos dari PT. Sindarta Gautama. Bapak Alexander.
Aku bergerak ke arah lemari. Tumpukan baju yang ada tidak begitu menarik lagi buatku. Bagaimana mungkin seorang wanita sukses memakai baju yang sama berkali-kali. Aduh, tapi bagaimana mungkin aku membeli lagi setelah mahal merk Gucci kalau aku harus bayar tagihan kartu kredit yang limit? Bingung!
But, sudahlah! Anggap saja mereka tidak tau tentang baju itu.
Yap, aku menarik keluar setelan Gucci kembali yang kupakai untuk beberapa pertemuan. Termasuk pertemuan pertama dengan Bapak Alexander yang tampan itu.
Tok..tok..tok
Pintu kamar diketuk
Aku menyahut, "Masuk aja, nggak dikunci."
Wajah mama menyembul, "Kok baru bangun?" tanya wanita setengah baya dengan riasan make up tebal dan baju keren. My Mom..my great mom.
"Baju baru, Ma?" aku belum sempat menjawab pertanyaan mama karena mataku udah jelalatan ke baju yang dikenakan mama.
"Yup, sepulang pertemuan kemarin mama melihat baju bagus ini. Keren kan?" tentu saja keren. Itu pasti mahal.Pertemuan? pertemuan dimana? Pasti pertemuan di butik baju lagi kan?
Aku mengangguk, lalu tatapanku beralih ke baju yang sedang kupegang, Tentu saja aku kalah jika dibandingkan dengan mama.
"Baru bangun?" mama mengulangi pertanyaannya. Bibirnya yang bergincu merah mencium pipiku.
"Enggak juga, mama mau pergi sekarang?"
"Ya, hari ini kerjaan mama banyak banget, jadi kudu nyampe kantor pagian. Hemmm, kamu boleh pinjam baju mama kok." Ah, mama seolah tau kesulitanku pagi ini. Pinjam baju mama? Boleh juga. Dan beberapa kali aku meminjam bajunya, beruntunglah ukuran badan kami sama persis. Sebagai wanita karier sukses mama yang udah berusia setengah baya amat peduli dengan penampilan, hasilnya? Kalau aku dan mama berjalan kami seringkali disangka kakak adik. Jadi, apakah aku yang berwajah tua atau mama yang keawetan muda? Ah, peduli amat yang penting bisa pinjam baju mama.
"Oke…" aku menjawab girang. Hore, aku selamat!
Uupss…gila udah jam setengah delapan pagi. Aku lari ke kamar mama..
Bruuuk..tubrukan!
"Pa..sorry."
"Lho kok keliatan kayak orang dikejar setan sih." Ujar Papa sambil menjawil pipiku. Wangi parfum papa menyengat. Hueeek!
"Mau kemana?" tanyanya sambil menyambar kunci mobil di meja depan pintu kamar
"Pinjam baju mama." Jawabku sambil ngeloyor pergi. Kudengar papa terkekeh mungkin dia heran wanita sesukses aku masih juga pinjam baju. Hemm…who care lah!
Deru mobil papa terdengar dan aku berhasil menemukan baju bagus untuk kupakai hari ini. Yes!
Aku langsung ngacir ke kamar mandi.
Byar..byur…byar..byur…
Siip deh. Mandi itu gak perlu lama-lama yang penting di sabun..hehehe… ya nggak setiap mandi kayak gini sih. Kalo lagi kepepet aja!
Siip deh..aku siap berangkat kerja dan tampil sebagai orang.…hem, bingung!!!!
***
Biarpun hari ini gajian tetaplah aku benci hari ini. Ini hari senin, man! And I hate Monday!!!I hate Monday karena senin berarti aku harus menyelesaikan pekerjaan yang diberikan saat sabtu kemarin. Sabtu saat kami mengadakan rapat mingguan. Semuanya berkaitan dengan presentasi dan target! Puiih, udah pasti peluh bakalan berkejaran di dahi, otak bergemuruh karena penat, dan stress! But anyway, aku harus menekan perasaan itu apalagi aku adalah orang sukses di mata semua orang. Orang sukses! Pliiiis deh!
Baru saja masuk ruangan, telpon di mejaku sudah berkring-kring ria
Kring..kring..kring
"Melia here. Who's speaking?" tanyaku ramah. Ramah sekali! Sok berbahasa Inggris pula. Biasa iseng.
"Mel, gimana presentasi hari ini? Udah nyiapain aula belum?" uups, baru datang aku udah ditanyain gawean. Iya, pasti aku inget! Hari ini Bapak Alexander tercinta mau mengunjungi perusahaan kami dan kami akan memakai aula.Seperti biasa yang mengingatkan aku akan hal itu adalah rekan kerjaku yang bawel, Ajeng alias miss thin. AKu menyebutnya miss Thin karena dia punya badan yang aduhai kerempeng. Tipis dari sana sini. Dari belakang, depan, samping, atas, dan bawah.pokoknya triplek banget deh!
"Kayaknya si Juned dah beresin dong." Aku mengelak dari pekerjaan itu. Memangnya aku babu di sini.
"Pastikan dulu dong, Mel. Udah tahu presentasi hari ini, malah datang telat." Rutuk Ajeng. Aku mencibir.
"Aku tidur telat tadi malem."
"Ngapain, sibuuk? Nganter bonyok lagi?" ah, mau tau aja.
"Ya begitulah."Aku hanya mengiyakan saja pertanyaan Ajeng sebelum dia bertanya lebih banyak lagi. Biasanya dia akan bertanya apakah aku juga belanja dari malam. Oho, mana mungkin aku belanja, bukankah gajiannya baru hari ini? Dan kalau aku sampai mengatakan aku belanja maka dia akan bertanya lebih banyak lagi mengenai trend mode terbaru di butik-butik yang aku kunjungi. Oh, inginnya aku bebas dari pertanyaan itu.
"Oke, kalo begitu. Siapkan presentasinya dengan sempurna. Awas jangan telat masuk aula." Aku menguap mendengar ancamannya. Jujur, aku benci rutinitas ini. Presentasi lagi, presentasi lagi, apa tak ada orang lain lagi selain aku yang bisa presentasi. Huh, masih mending kalo gajiku bisa nyaingin manager marketingku yang keliatan bego itu. Ternyata, aku hanya seperempatnya kurang dikit dibandingkan dia. Bagaimana kalau Ajeng aja yang presentasi? Tapi itu pun tak mungkin, cewek berambut pirang itu kan cuman bisanya mengatur dan mengomel sepanjang hari.Dasar sekretaris!
Okelah, bagaimanapun juga aku harus keliahatan tampak berwibawa dan sempurna hari ini. Perjanjian kerjasama yang akan digulirkan antara perusahaanku dan perusahaan pak Alex adalah sangat penting.Dan mungkin saja jika kesepakatan itu berhasil aku bisa naik gaji lebih dari dua ratus persen. Tapi, mungkin gak ya? Aku kadang BT juga perusahaan besar ini kok menggaji karyawannya gak seimbang dengan effort yang dikeluarkan. Ssst, dalam hal ini yang aku maksud adalah aku sendiri. Ya, aku! Seharusnya aku mendapatkan gaji lebih dari itu lho! Alasannya? Banyak!
Aku harus mempersiapkan semua kesepakatan dengan sempurna. Dan terbukti aku selalu sempurna!
Aku harus melobi klien sampai tercapainya deal memuaskan. Dan terbukti berhasil!
Aku harus tampil sempurna di setiap kesempatan. Dan ini membutuhkan biaya banyak!mana cukup gaji sebegitu!
dan bla..bla..bla..
Ah, sumpek deh aku!
Okelah, aku harus tampil sempurna! Dan hari ini cukup segar (hanya cukup segar lho!) karena hari ini kan GAJIAN! Hure!!!hemmm….
Kring..kring…kring…
Nah kan, pasti Ajeng mau mengingatkan lagi deh! Tanpa berniat mengangkat telpon aku langsung ngibrit ke aula.
Masuk ke aula sudah tercium gelagat gak enak. Aku mandang semua isi ruangan. Ooo…Ajeng dan Fransis (atasanku yang galak) serta Bapak Alexander dan sekretarisnya sudah duduk manis disana.Ajeng masih mendekatkan telepon wirelessnya di telinga, hihihi..dia pasti masih menelpon ke mejaku. Begitu melihatku dia langsung menurunkan teleponnya dengan gemas.
Aku tersenyum lebar dan menganggukkan kepala.
"Maaf, saya telat." Mata Fransis melotot sebal ke arahku. Aku mengedipkan sebelah mataku padanya.
"Baru juga sepuluh menit." Celetuk Ajeng
Bapak Alexander menganggukkan kepala kearahku, senyumnya mengembang. Aih tampannya! Kuperkirakan bapak tampan ini baru memiliki satu anak berusia balita, tentu saja sudah memiliki istri yang cantik.
Aku menarik kursi di sebelah Fransis
"Nah, ini berarti kita sudah siap melakukan presentasi." Fransis memandang ke arahku.
"Baiklah."
Lalu aku segera membuka lap top mengeluarkan materi presentasi dan mulai bercuap cuap cuap….
Plok..plok..plok…usai presentasi bapak Alexander memberikan tepukan diikuti oleh 3 ekor manusia lainnya. Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Pada dasarnya saya kagum dengan ide-ide kreatif dari anda. Itu sebabnya saya ingin acara launching produk saya nanti anda bisa membuatnya sespektakuler mungkin. Saya percaya anda bisa membuatnya." Komentar lelaki berjas hitam dan berdasi biru itu.
"Terima kasih. Kepuasan klien adalah moto kami."ujarku.
Dan berhasil! Presentasiku kali ini berhasil. Kontrak kerjasama dibuat saat ini juga. Pak Alex yang ganteng itu puas dan yakin dengan presentasiku. Yes! But, hemm..ini tidak berarti gajiku naik. Waaaaa…tiga juta! Puih!!!
Aku menuruni tangga dengan banyak pikiran.
Tiga juta hari ini akan masuk ke rekeningku dan dalam beberapa waktu udah menghilang bak bayangan ditabrak terang.
***
Acara makan siang kali ini aku janjian dengan Denti, sahabatku yang kebetulan letak kantornya hanya beberapa meter dari kantorku.
"Gajian nih. Masa mukamu kayak orang susah gitu." Goda Denti. Tangannya dengan iseng menarik rambutku.
"Bvlgari ngeluarin model baru lho. Mau ikut berburu?" lanjut Denti tanpa dosa. Apa dia gak nyadar kalo aku sedang merana. Sebagai sahabat sedari SMP sepertinya Denti tak pernah sadar kalau aku mengkamuflase semua tingkahku bukan menjadi diriku sendiri.
"Hallo…" Denti menggerakkan tangannya naik turun di depan mataku.
"Aku tak bersemangat untuk belanja." Aku menarik nafas panjang. Lalu menyendokkan nasi tanpa semangat.
"Tumben! Kenapa? Atau ibumu sudah duluan membelinya?" ini dia! Aku dan mama memang terkadang suka balapan membeli barang-barang keren. Siapa cepat! Dia keren!!
"Enggak tau dan nggak mau tau. Biarkan saja. Toh aku bisa pinjam ke mama kalau pun beliau beli." Suapan nasi yang biasanya enak ini terasa basi.
"Well, memang kamu akan biasa meminjam baju ibumu. Bukankah baju Prada ini pun milik ibumu?" hebat, hebat sekali Denti seratus persen bisa menebaknya. Denti menyentuh baju yang kupakai. Mungkin dia pernah melihat mama memakai baju ini.
Aku mengangguk, " bingung! Aku bingung sekali pakai baju hari ini."
"Nah, ini berarti kita harus belanja. Hore!" teriak Denti
"Rasanya tidak. Aku harus menghentikan kebiasaan itu. Aku akan mengerem itu. Kukondisikan pada keuanganku, tentu saja." Uuups, aku jujur. Yes! Rasanya ada kelegaan mengalir
"Maksudmu?" tentu saja Denti bengong. Mana mungkin seorang Melia Sheren Akbar kehabisan uang. Dia tidak tahu kalau seorang Melia begitu gengsi untuk meminta bantuan orang lain, apalagi urusan financial, apalagi kepada orang lain, apalagi kepada mama dan papanya. Bukankah Melia sukses?
Denti membenahi kacamata Chopardnya, melenguh panjang, "Kamu aneh. Kamu berubah." Katanya pelan. Garpu dan sendoknya ditutup menyilang di piringnya yang masih penuh. Denti kehilangan selera makan. Mungkin, karena dia menduga akan kehilangan teman untuk memburu barang-barang bermerk.
"Kamu adalah sahabatku, Den. Aku harap satu saat aku bisa jujur padamu." Aku membuka tas aignerku dan mengambil tissue, mengelapkan di sisi mataku. Airmataku menetes.
Tulalit-tulalit
Mom calling
"Yup…" aku membuka percakapan
"Mel, kamu gak lembur hari ini?" lembur? Ah, tentu saja mulai saat ini aku takkan lembur lagi.
"Enggak, memang kenapa ma?" Mungkin mama mau minta antar lagi.
"Cepet pulang ya? Mama dan papa mau membicarakan sesuatu denganmu."
"Ada apa?" jangan sampe mama mau menanyakan kenaikan jabatanku lagi deh!
"Biasa, masalah jodoh! Ah, pokoknya kamu segera pulang ya sayang? I luv u."
"Yes, mom. I luv u too." Mungkin mama memang mencintaiku, seperti juga bagaimanapun aku mencintainya. Tapi mengapa ya? Rasa cinta itu kadang terasa tidak adil?
***

INI HANYA BAB SATU SAJA...BAB SELANJUTNYA AKAN SEGERA RAMPUNG....TUNGGUIN YAH......???!!!!!

Pikiran Rakyat, 17 Maret 2005

Berikut merupakan artikel yang ditulis oleh sahabat saya, Mel. Saya ingin mempublikasikannya di website ini untuk anda semua.

”Public Speaking” dan Seorang Humoris
Oleh MAYLANNY CHRISTIN

SIAPAKAH public speaking itu? Apakah ia pesinetron, artis, dokter, wartawan, guru, ustaz, atau ibu rumah tanggakah? Siapa pun yang hidup bermasyarakat, berorganisasi dan tinggal dalam sebuah koloni, suatu saat pastilah ia jadi seorang public speaking. Sebab, ia akan mengomunikasikan gagasan atau pendapat pada banyak orang, sebagai konsekuensi logis karena kita adalah makhluk zoon politicon.
Pastilah ada satu kesempatan yang mengharuskan kita menjadi pembicara di depan banyak orang. Entah untuk memimpin rapat, menjadi MC, mengajar/memberikan pengarahan dll. Jika kita tidak terbiasa dengan hal itu, tentunya akan merasa tegang dan sangat tidak nyaman.
Artinya, kita takut terlihat buruk, bodoh, gugup dan salah tingkah. Satu di antara sekian banyak cara yang ampuh untuk mengatasi hal itu, berhumor ria. Berbicara di depan umum, mengapa kita harus menggunakan humor? Saya ingin berbagi cerita milik mahasiswa.
Pada suatu hari Amalia (bukan nama sebenarnya), diminta untuk menjadi MC pada sebuah acara yang bertajuk "Festival Ranah Budaya". Acara ini merupakan acara tahunan di kampusnya. Dalam acara ini terdapat beberapa rangkaian kegiatan, seperti pemutaran film, book fair, pertunjukan teater, dan lomba pembacaan puisi.
Pemuturan film pada waktu itu berjudul ”BETH”, film yang dibintangi artis cantik Ine Febrianti. Sudah tentu audience tampak antusias untuk melihat Ine "rela" makan bareng anjing dan kecoa. Otomatis, MC tidak perlu bekerja keras untuk mengatur audience-nya untuk berkonsentrasi menonton film.
Begitu pula saat pemutaran film, sutradara, penulis, dan pemain mengadakan jumpa pers. Karuan saja seluruh audience yang didominasi mahasiswa histeris melihat para pemain. Peran MC memang agak berat, ia harus membuat penonton yang begitu exited potret sana potret sini, bahkan nyelonong ke podium, agar lebih tertib. Namun, tugas pembawa acara,akan lebih sulit lagi, kalau harus menghidupkan suasana yang mati alias garing, kata orang Sunda.
Dengan jumlah peserta puluhan orang dan masing-masing ingin berekspresi dengan judul puisi yang itu-itu saja, bisa dibayangkan bagaimana jenuhnya berada dalam sebuah aula yang ber-AC, dan hanya diterangi lampu kuning yang redup. Tentunya akan sangat mudah kita merasa terhanyut oleh kantuk yang tidak tertahankan.
Peserta demi peserta asyik membacakan puisi karya Remy Sylado berjudul Jangan Bilang Kontol. Entah mengapa hampir seluruh peserta memilih itu. Spontanitas Amalia bertanya pada audience-nya: Katanya jangan bilang kotor, tapi kenapa kata itu diucapkan terus? Kontan semua peserta dan penonton tertawa, ada pula yang hanya mesem-mesem senyum dikulum.
Sebetulnya, banyak manfaat yang didapat seorang public speaking lewat humor. Selain, membuat punya sifat humoris, kita juga bisa mengatasi ketegangan yang dihadapi, ketika berada dalam forum yang begitu kaku atau terbebani dengan materi yang kompleks yang harus disampaikan. Dengan tawa, stres kita dan audience bisa hilang. Lewat humor, suasana pergaulan juga jadi cair. Tak heran seorang public speaking yang humoris lebih disukai banyak orang.
Tertawalah sebelum Anda memotivasi seseorang, senyumlah bila Anda stres menghadapi susunan acara yang Anda pandu. Lemparkan joke-joke ringan yang menggelitik. Daripada muka Anda memerah karena malu, mulailah hari kerja Anda dengan humor.
Disinyalir, tertawa selain obat mujarab juga merupakan perangsang motivasi. Bahkan Rasulullah saw. bersabda: ”Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal yang ringan dan lucu. Sebab bila terus dipaksakan dengan memikul beban berat ia akan menjadi buta”. (HR Abu Dawud).
Dalam pergaulan sehari-hari, orang humoris lebih mudah didekati dan cenderung lebih disukai. Charles Metcalf, penulis buku "Lighten up survival for people under preasusure", mengatakan, humor bukan semua jenis lelucon yang diiringi tawa. Humor lebih merupakan cara melihat, bereaksi dan berinteraksi terhadap dunia.
Keahlian humor jadi ciri utama bagi orang-orang yang maju pesat, tapi tetap kreatif dan sehat dalam menghadapi situasi yang menekan sekalipun. Jangan takut humor Anda akan membuat orang lain tertawa atau tidak, coba saja***
Penulis, staf dosen Politeknik Pajajaran Bandung, mengajar mata kuliah MC dan Protokoler, jurusan Sekertaris dan Public Relation

Pikiran Rakyat, 22 Maret 2005 (suplemen Belia)

Menjadi Orang Lain?
Indari Mastuti

KAYAKNYA sih yang paling tidak diinginkan oleh orang adalah menjadi dirinya sendiri. Kenapa? Tengok deh sekeliling atau yang terdekat adalah teman-teman kita. Bagaimana mereka menginginkan sesuatu dari mereka seperti orang lain. Yang berambut keriting, ramai-ramai di rebonding. Yang berkulit agak gelap, ramai-ramai pake pemutih tapi bule-bule yang putih, ramai-ramai berjemur untuk membuat kulitnya menjadi coklat, dan banyak lagi kasus pengubahan diri menjadi seperti yang diinginkannya, tapi jelas bukan menjadi dirinya sendiri pada saat dia dilahirkan.

Bahkan terkadang kita memaksakan diri untuk menyesuaikan diri dengan pola yang tidak cocok dengan diri kita hanya untuk membuat diri kita merasa sempurna. Tidak peduli sebesar apapun kekaguman kita kepada orang lain, tentunya harus dipahami bahwa kita tidak bisa menjadi seperti orang yang kita kagumi itu. Semakin kita memaksakan diri untuk menjadi dirinya, akan semakin kecewalah hati kita. Misal, kita memotong rambut, ingin seperti Krisdayanti, dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Bukankah kita akan kecewa? Yang lebih buruk lagi adalah kamu akan kehilangan kepercayan diri karena hal itu. Rugi banget kan? Percaya deh, orang yang paling rugi adalah orang yang menginginkan dirinya menjadi orang lain. Phylllis Diller dan mendiang Jimmy Durante mungkin tidak akan menikmati sukses besar yang mereka peroleh seandainya mereka cantik dan tampan. Mereka masing-masing bisa melewatkan waktu meratapi kenyataan bahwa mereka tidak bisa lulus ujian sebagai peraga busana. Tetapi sebaliknya mereka mengubah apa yang kelihatannya merupakan kekurangan menjadi model.

Setiap orang memiliki keunikan. Siapa pun dan di mana pun dia.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, tinggal mengasah apa yang dimiliki menjadi sesuatu yang semaksimal mungkin bisa dimanfaatkan ke arah yang positif. Bukan hanya sekadar mengagumi apa yang telah orang lain dapatkan. Walaupun mungkin orang lain unggul pada suatu bidang kehidupan, dia pasti memiliki sisi kekurangan dalam bidang lainnya.
Jika merasa ada kekurangan pada suatu bidang, maka akan ada kelebihan di bidang yang lain. Hal ini juga berlaku bagi setiap orang. Ralph Waldo Emerson, penulis esai dan penyair Amerika dari abad ke-19, menulis dalam esainya, "Self-Reliance", "Ada saatnya dalam pendidikan setiap orang ketika dia tiba pada keyakinan bahwa ini hati adalah kebodohan; bahwa peniruan adalah bunuh diri; bahwa dia harus mengatasi segala-galanya dalam kesenangan atau kesusahan sesuai dengan bagiannya; bahwa walaupun alam semesta penuh dengan kebaikan, tidak ada sebutir makanan yang bisa datang sendiri kepadanya selain melalui jerih payah dalam mengolah tanah yang dianugerahkan padanya. Kekuatan yang ada pada dirinya merupakan barang baru; dan tidak ada seorang pun kecuali dia sendiri yang tahu apa yang bisa dilakukannya, dan demikian pula dia tidak tahu sebelum mencobanya."

Kalau sering iri hati kepada orang lain karena bakat yang mereka miliki, mungkin kita terlalu rendah memandang diri sendiri. Pertimbangkanlah kata-kata ahli psikologi Amerika yang termashur, William James. "Dibandingkan dengan apa seharusnya diri kita, kita hanya setengah terjaga. Kita menggunakan hanya sebagian kecil dari sumber daya fisik dan mental kita. Individu manusia hidup jauh di dalam batas-batasnya. Dia mempunyai kekuatan berbagai jenis yang biasanya tidak digunakannya."

Namun, sekedar basa basi tidak bisa mengubah diri. Kekuatan kemauan saja tidak efektif secara permanen. Keyakinan yang sesungguhnya tentang diri akan menjelmakan kita menjadi yang terbaik yang diinginkan. Jika kita bisa menjadi yang terbaik dengan apa yang dianugerahkan Tuhan pada kita, mengapa kita harus menjadi orang lain?***

Penulis Novel Remaja ”Izinkan Aku Mencinta”

Pikiran Rakyat, 21 Juni 2005

Judul Buku: Gendut, Siapa Takut?
Penulis: Indari Mastuti
Penerbit: GrasindoTahun
Terbit: 2005
Tebal: 104 halaman

Well, dari judulnya belia sempet kepikiran strugglenya tokoh utama dengan overweight-nya yang "dibawa" tiap hari. Tapi pikiran tadi langsung dimentahkan setelah tiga chapter beres belia lahap. Gimana nggak, buku ini cuman mengupas gendutnya Agatha--sang tokoh utama--dan kesehariannya. Dari mulai memasak ayam jago tetangga, mengurung ayam kepunyaan ibunya di mesin cuci, sampe "masalah" lain sama kucing piaraan. That's all.
Asosiasi gendut yang ditulis Iin (nama sapaan Indari) hanya ditegaskan seputar ikon cokelat, hamburger, pizza, martabak, keripik singkong, makan, dan porsi makan. Intensitasnya lebih kerasa di awal buku. Selebihnya terkesan tambalan semata.
Agatha, siswi SMA Pelita Cantika malahan sempet nelen berbagai pil diet hingga berhasil nurunin beratnya sampe delapan kilo. Dan itu bukan jalan terbaik buat anggota gerombolan "cewek imut-imut tapi amit-amit" ini. Ia harus dirawat di rumah sakit, tempat sebuah kisah cinta disinggung (bukan dimulai). Laksana transisi antarlagu di kaset yang sering Belia puter, kisah ini fade out. Walhasil, antiklimaks deh...
Grafiknya juga kebilang flat. Suspense yang belia rasain cuman satu, dan itu pun seolah "saved by the bell" karena pindah chapter. Nggak percaya? Baca aja deh, hehehe...
Masalah diksi juga jadi sorotan belia. Buat Belia sekarang, diksi gaulnya kurang relevan, kadang out of date. Istilah "Nyunda" yang dimasukin pun terkadang blunder. Ada satu kata subsitusi kata "ngupil" versi bahasa Sunda yang ditulis, malah bikin belia il fil.
Tapi, terlepas dari semua itu, ceritanya yang ringan lumayan mengasyikkan buat dibaca kalo lagi nganggur koq.***

roby_belia@yahoo.com

Komentar IIN :

Thanks ya Kang Roby atas Review novelnya..
Menanggapi komentar ini saya sangat berterima kasih. Jujur, bahasa gaul yang dibilang kang Roby out of date itu sangat saya akui. Maklum pembuatan novel waktu saya kelas 2 SMU tentunya sangat berbeda dengan bahasa gaul remaja SMA sekarang, yang saya bilang super gaul dan super canggih.
Dan "Gendut, Siapa Takut" memang tidak mengupas tentang kegendutan si Agatha, judul itu merupakan salah satu dari beberapa kisah yang terangkum dalam serial Agatha (mendatang lanjutan Agatha terangkum dalam "Makanya Jangan Sok Seksi!" yang akan segera diterbitkan Grasindo, Jakarta.
Setiap orang boleh berkomentar mengenai buku ini. Dan semoga komentar pembaca membuat buku-buku yang akan saya terbitkan semakin berkualitas. Ditunggu kritik dan sarannya!

salam,
Iin